Reporter: Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
DHAKA. Bangladesh mencatatkan rekor utang terbesar di International Monetary Fund (IMF). Ini setelah IMF menyetujui pemberian utang senilai US$ 987 juta atau sekitar Rp 9,06 triliun guna meningkatkan cadangan devisa.
Bangladesh memang butuh pinjaman karena cadangan devisa terus berkurang setelah harga minyak dunia terus meningkat. Sebagia bagian dari peminjaman, Bangladesh sepakat meningkatkan penerimaan pajak dan mengurangi subsidi untuk mendongkrak pendapatan.
"Tekanan ekonomi makro sejak akhir 2010 semakin menyulitkan Bangladesh," kata Naoyuki Shinohara, Deputi Managing Director IMF, seperti dikutib dari BBC.
Seperti diketahui, Bangladesh adalah produsen sejumlah produk global terbesar di dunia. Namun, ekspor produk itu menyusut seiring melambatnya perekonomian di sejumlah pasar utama, yakni Amerika Serikat dan Eropa. Dua wilayah itu berkontribusi 80% terhadap ekspor Bangladesh.
Pada saat bersamaan, pengiriman uang dari pekerja di luar negeri yang selama ini juga menjadi kontributor penting bagi perekonomian Banglades, terus menyusut. Penurunan pada bulan Maret lebih dari US$ 25 juta, dibandingkan bulan sebelumnya.
IMF memprediksi, pertumbuhan ekonomi negara ini bakal melambat, hanya tumbuh 5,5%. Ini lebih kecil dari proyeksi pertumbuhan sebesar 6,1%.