Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Orang super kaya Rusia telah meningkatkan kekayaan bersih mereka hampir US$ 500 juta atau setara Rp 7,05 triliun (kurs Rp 14.100) pada tahun 2020 berkat reli pasar saham bersejarah pada bulan November, menurut daftar miliarder Bloomberg.
Secara keseluruhan, 22 miliarder Rusia menambahkan US$ 486 juta ke kekayaan bersih mereka antara awal tahun hingga 1 Desember.
16 Dari mereka menambahkan lebih dari US$ 14 miliar ke kekayaan mereka sementara enam lainnya kehilangan gabungan US$ 13,6 miliar.
Mengutip The Moskow Times, Rabu (2/12), anggota parlemen yang dikenai sanksi AS Suleiman Kerimov membukukan keuntungan terbesar US$ 4,29 miliar, sementara taipan minyak Vagit Alekperov menderita kerugian tahun-ke-tahun terbesar sebesar US$ 5,67 miliar.
Vladimir Potanin, yang perusahaan tambangnya Nornickel masih menghadapi dampak dari tumpahan bahan bakar bersejarah bulan Mei di Kutub Utara, masih menjadi pengusaha Rusia terkaya dengan kekayaan bersih US$ 27,6 miliar. Potanin, miliarder terkaya ke-44 di dunia, kehilangan US$ 409 juta sejauh ini pada tahun 2020.
Baca Juga: Inilah pesaing terkuat Jack Ma untuk jadi orang terkaya di China
Miliarder Rusia termiskin adalah raja pupuk dan pemimpin Yahudi Vyachelsav Moshe Kantor, yang membukukan kekayaan bersih US$ 4,99 miliar setelah menghasilkan US$ 452 juta tahun ini.
Kantor berita pemerintah RIA Novosti mengatakan miliarder terkaya Rusia mengalami reli pasar saham November untuk berterima kasih atas keuntungan mereka. Orang-orang superkaya di dunia telah mengumpulkan rekor kekayaan tahun ini karena pandemi virus korona menghantam prospek ekonomi negara lain.
102 miliarder Rusia adalah kelompok terkaya keempat di dunia setelah Jerman, China, dan Amerika Serikat, dengan gabungan US$ 468 miliar, kata konsultan PwC dan bank Swiss UBS dalam sebuah laporan bulan lalu.
Namun, dengan peningkatan kekayaan terkecil di antara 10 lokasi miliarder teratas dunia selama dekade terakhir, Rusia diperkirakan akan tertinggal di belakang Prancis dan India dalam peringkat miliarder global di tahun-tahun mendatang.
PwC dan UBS menghubungkan kinerja buruk Rusia dengan industri tempat para miliarder terkonsentrasi serta pertumbuhan ekonomi yang lesu, yang rata-rata kurang dari 1% per tahun sejak 2013.
