Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah permintaan kendaraan listrik (EV), Renault SA, Nissan Motor Co dan Mitsubishi Motors Corp berencana melipatgandakan investasi mereka di sektor tersebut.
Rencana tersebut datang ketika para produsen mobil mapan ini menghadapi tekanan dari pesaing baru dan perubahan permintaan yang diharapkan terhadap EV. Oleh karenanya, aliansi Prancis-Jepang ini berusaha untuk memperdalam kerja sama.
Mengutip Reuters (24/1), ketiganya berencana menginvestasikan lebih dari 20 miliar euro setara US$ 23 miliar selama lima tahun ke depan untuk pengembangan EV. Pada tahun 2030, aliansi tersebut diharapkan menghasilkan lebih dari 30 EV baterai baru yang didukung oleh lima platform umum.
Adapun, nilai tersebut merupakan tambahan dari 10 miliar euro yang telah dihabiskan kelompok itu untuk elektrifikasi. Rencana aliansi hingga 2030 bertujuan untuk menunjukkan kerja sama yang intensif di antara para pembuat mobil, menyoroti visi bersama tentang elektrifikasi dan mobilitas yang terhubung.
Aliansi tersebut berencana untuk bersama-sama berinvestasi dalam kapasitas untuk memproduksi di Prancis, Inggris, China dan Jepang total kapasitas baterai 220 gigawatt jam pada tahun 2030 di bawah rencana tersebut.
Baca Juga: Siap-Siap, Indonesia Motor Show (IIMS) 2022 Digelar 17-27 Februari 2022
Rencananya adalah para pemimpin Renault, Nissan dan Mitsubishi mengumumkan rencana 2030 musim gugur lalu di sebuah acara di Jepang, tetapi pengumuman itu ditunda hingga minggu ini karena lonjakan Covid-19 di Jepang.
Sebelumnya. Nissan pada November lalu berencana untuk menghabiskan sekitar US$18 miliar selama lima tahun untuk mempercepat elektrifikasi kendaraan, meluncurkan 23 kendaraan listrik - termasuk hibrida bensin-listrik - pada tahun 2030, termasuk 15 EV.
Setengah dari campuran kendaraan Nissan akan dialiri listrik pada tahun 2030, termasuk EV dan hibrida e-Power.
Sementara, Renault telah mengatakan merek Renault-nya akan menjadi 100% listrik di Eropa pada tahun 2030, tetapi pejabat perusahaan mengatakan kepada Reuters bahwa target tersebut tidak berlaku untuk pasar di luar Eropa dan merek-merek grup lainnya, seperti Dacia.