kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,29   -29,44   -3.18%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko tinggi masih membayangi ekonomi


Kamis, 09 Maret 2017 / 11:06 WIB
Risiko tinggi masih membayangi ekonomi


Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

WASHINGTON. Masa depan ekonomi dunia masih akan buram. Kendati diprediksi mampu tumbuh, ekonomi masih dibayangi sederet risiko yang bisa membuyarkan potensi pertumbuhan.

Laporan terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) menyebut, risiko yang mengintai ekonomi global adalah ekonomi proteksionisme, perang dagang, hingga volatilitas mata uang. (lihat infografik).

Prediksi OECD, ekonomi tahun ini masih akan tumbuh. Hanya, kecepatan pertumbuhannya masih lambat. OECD memprediksi, kecepatan pertumbuhan ekonomi tahun ini bahkan akan lebih lambat ketimbang rata-rata laju pertumbuhan di dua dekade sebelum krisis keuangan terjadi.

Penyebabnya: keuntungan investasi dan aktivitas perdagangan yang masih lemah. OECD meramal pertumbuhan ekonomi global tahun ini hanya 3,3% di 2017. Angka ini lebih tinggi ketimbang realisasi pertumbuhan 2016 di 3%.

Kepala Ekonom OECD Catherine Mann pesimistis dengan prospek ekonomi tahun ini. "Ekonomi masih akan melambat. Ini terlihat dari profil konsumsi dan investasi," tabdas Mann seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Salah satu penghalang laju pertumbuhan ekonomi global adalah kebijakan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Trump mengancam menerapkan tarif impor tinggi pada negara yang dianggap dapat keuntungan dari AS secara tak adil.

OECD meramal, bakal ada jurang besar antara kondisi ekonomi riil dan pergerakan pasar keuangan. Pasar bakal bergerak lincah sebagai bentuk antisipasi investor terhadap paket stimulus yang akan digelontorkan Trump.

Proteksi perdagangan ala Trump juga dinilai akan direspons dengan kenaikan harga atau pengurangan arus perdagangan oleh pelaku industri.

Peringatan serupa, bulan lalu datang dari Bank Dunia. Dalam laporan tahunan Global Trade Watch, Bank Duniamengingatkan pelambatan perdagangan dunia sebagai potensi masalah ekonomi global. "Ketidakpastian kebijakan di Eropa dan AS berdampak negatif pada perdagangan. Ini mengurangi pertumbuhan ekonomi global," tulis ekonom Bank Dunia Cristina Constantinescu di laporannya.

Perubahan siklus bunga akan menyebabkan volatilitas nilai tukar. Ini terjadi karena Bank Sentral AS akan mengatrol suku bunga. Ini akan membuat dollar AS digdaya.Penguatan dollar AS akan jadi dilema bagi mereka yang memiliki tumpukan utang dollar.

Kondisi ini harus jadi perhatian serius Indonesia. Pemerintah harus sigap menggerakkan ekonomi dalam negeri, dengan memberikan ruang gerak swasta agar bertumbuh. Sebab, aktivitas bisnis swasta bisa membuat laju ekonomi lebih kencang.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×