kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah melemah, Indonesia masih jauh dari krisis


Rabu, 05 September 2018 / 20:30 WIB
Rupiah melemah, Indonesia masih jauh dari krisis
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah, belum juga beranjak menjauhi level Rp 14.900 per dollar Amerika Serikat (AS), terlemah sejak krisis tahun 1998. Kondisi ini mulai banyak memunculkan banyak spekulasi di berbagai kalangan.

Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, krisis memang sedang berlangsung namun di tingkat global yang dimulai oleh negara berkembang, yakni krisis mata uang Turki dan Argentina. Namun, kondisi saat ini tidak separah tahun 1998.

"Meski sama-sama dipicu krisis mata negara berkembang, di mana tahun 1998 dimulai dari Thailand dan Indonesia, kondisi saat ini sedikit berbeda," kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (5/9).

Sebab, saat ini Indonesia lebih siap menghadapi hal itu. Sebelum krisis tahun 1996 silam, cadangan devisa (cadev) Indonesia hanya sekitar US$ 28,3 miliar. Sementara di akhir Juli 2018, cadev milik Indonesia mencapai US$ 118,3 triliun.

Artinya, kemampuan BI dalam mengintervensi rupiah melalui cadev, jauh di atas kemampuan tahun 1996 sebelum menghadapi krisis.

Surat utang pemerintah Indonesia saat itu mendapat peringkat Junk. Sementara saat ini telah memperoleh predikat Investment Grade setidaknya dari tiga lembaga pemeringkat internasional.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 1998 -13,34% year on year (YoY), jauh berbeda dengan pertumbuhan ekonomi periode yang sama tahun ini yang mencapai 5,27% YoY. Demikian juga dengan inflasi, yang saat itu mencapai 78,2% YoY, tapi Agustus lalu hanya 3,2% YoY.

"Pelemahan kurs rupiah belum terlihat dampaknya pada Agustus 2018 yang justru mencatat deflasi," tambahnya.

Meski demikian Indonesia masih tetap perlu mewaspadai defisit transaksi berjalan yang melebar hingga 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal kedua lalu. Sebab, negara dengan transaksi berjalan yang mencatat defisit sangat rentan terpapar krisis, sebagaimana Turki dan Argentina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×