Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Saham bank di Asia merosot pada perdagangan Senin (13/3) setelah runtuhnya Silicon Valley Bank (SBV) di Amerika Serikat (AS). Hal tersebut, memicu investor keluar dari pasar saham di tengah kekhawatiran risiko sistemik yang lebih luas, bahkan ketika pihak berwenang mencoba membendung penyebaran dengan langkah-langkah untuk menenangkan nasabah.
Pemerintah AS turun tangan dengan serangkaian tindakan darurat untuk menopang kepercayaan pasar pada sistem perbankan AS menyusul kegagalan Silicon Valley Bank, yang menandai kegagalan bank AS terbesar sejak krisis keuangan 2008.
Setelah akhir pekan yang dramatis, regulator AS mengatakan nasabah bank akan memiliki akses ke semua simpanan mereka mulai Senin (13/3) dan menyiapkan fasilitas baru untuk memberi bank akses ke dana darurat.
Federal Reserve juga mempermudah bank untuk meminjam dari bank sentral dalam keadaan darurat.
Sementara saham berjangka AS dan saham teknologi naik di perdagangan Asia didukung oleh berita tersebut. Namun, perbankan di wilayah tersebut tidak dapat menghilangkan kekhawatiran tentang risiko sistemik dan melacak kerugian rekan-rekan Wall Street dari sesi Jumat.
Baca Juga: Tenangkan Pasar, AS Umumkan Langkah Membendung Kebangkrutan SVB
Di Hong Kong, saham HSBC Holdings dibuka melemah sekitar 1,7% pada level terendah dalam 2 bulan. Sementara, saham Standard Chartered Bank turun hampir 1% ke level terendah satu bulan.
Bank-bank AS kehilangan lebih dari US$ 100 miliar nilai pasar saham pada akhir pekan lalu setelah keruntuhan SVB. Sementara bank-bank Eropa kehilangan sekitar US$ 50 miliar dari kapitalisasi pasar, menurut perhitungan Reuters.
"The Fed tidak hanya menangani kekhawatiran atas sisi aset bank dari neraca tetapi di sisi liabilitas, di mana mereka pada dasarnya melangkah di depan bank yang lebih besar, yang... dapat dengan sangat cepat menjatuhkan institusi mana pun, kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone.
"Kemungkinan akan ada migrasi lebih lanjut ke bank yang lebih kuat dan mereka yang memiliki basis aset besar dan ekuitas rendah akan terus melihat deposan melepaskan modal."
Runtuhnya SVB terjadi bersamaan dengan penutupan bank yang berfokus pada kripto, Silvergate, yang minggu lalu mengungkapkan rencana untuk menghentikan operasi dan secara sukarela melikuidasi, setelah ledakan FTX tahun lalu.
Regulator negara bagian AS pada hari Minggu juga menutup Signature Bank yang berbasis di New York, yang menjadi korban berikutnya dari kekacauan perbankan setelah SVB.
Baca Juga: Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) Mulai Berdampak ke Seluruh Dunia
Di tempat lain di Asia, indeks Topix Jepang melemah 2%, terseret oleh saham keuangan.
Saham Mitsubishi UFJ turun hampir 4% ke level terendah satu bulan di 896,3 yen. Sedangkan Sumitomo Mitsui Financial Group anjlok hampir 5%.
Indeks Topix Banks yang lebih luas ditutup anjlok 4,75% di akhir sesi pertama sebelum istirahat tengah hari.
Di sisi lain, saham bank terbesar Singapura DBS merosot ke level terendah sejak akhir Oktober tahun lalu, di S$ 32,71 atau setara $24,32. Sedangkan, saham OCBC turun hampir 1,5%.