kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sanksi AS dilonggarkan, harga aluminium terjun 7,05%


Selasa, 24 April 2018 / 20:11 WIB
Sanksi AS dilonggarkan, harga aluminium terjun 7,05%
ILUSTRASI. Aluminium RUSAL Rusia


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga aluminium terjatuh cukup dalam awal pekan ini. Melunaknya sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap bisnis pengusaha aluminium Rusia Oleg Deripaska yang merupakan pemilik United Co Rusal berhasil meredakan kekhawatiran terjadinya gangguan pasokan. Setidaknya keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memperpanjang tenggat waktu pemberlakuan sanksi bisa sedikit mengurangi penumpukan pasokan di gudang perusahaan.

Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (23/4) harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) turun 7,05% ke level US$ 2.295 per metrik ton. Jika dihitung dalam sepekan terakhir, harga mengalami pelemahan 4,34%.

“Selain karena penguatan dollar, pelemahan harga juga disebabkan karena pelonggaran sanksi ke Rusal,” ujar Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures kepada Kontan, Selasa (24/4).

Menurutnya keputusan AS untuk mengulur pemberlakuan sanksi dari semula pada 5 Juni menjadi 23 Oktober memberi waktu bagi mitra Rusal untuk melakukan transaksi. Hal itu berpeluang untuk mengatasi penumpukkan persediaan perusahaan yang selama ini disimpan pada gudang Rusal di Siberia.

Selain itu, kata Andri pasar juga tengah berharap cemas menanti hasil kunjungan Presiden Prancis Emanuel Macron ke Amerika Serikat (AS). Kedatangan mantan bankir dilakukan untuk melobi Presiden Trump agar menunda sanksi terhadap Rusal. Bagaimana pun industri penerbangan Prancis sangat tergantung pada pasokan alumina dari Rusia.

“Kalau sanksi ini diberlakukan maka ini akan menghambat industri dirgantara Prancis,” terangnya.

Kejatuhan aluminium kali ini juga tidak lepas dari alasan teknikal. Penguatan yang cukup signifikan sejak awal isu sanksi ini dihembuskan telah mendorong aksi para spekulan. Wajar saja ketika harga sudah terlalu tinggi, pasar mulai melakukan aksi ambil untung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×