Reporter: Lidya Panjaitan | Editor: Havid Vebri
LONDON. HSBC Holdings boleh bernafas lega. Pasalnya, salah satu grup perbankan terbesar di dunia ini mampu menaikkan labanya sebesar 10% pada semester I tahun ini.
Laba sebelum pajak HSBC naik menjadi US$ 13,6 miliar dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 12,3 miliar.
Hal ini disampaikan oleh salah satu pemegang saham yang berbasis di London seperti dikutip Bloombberg Senin (3/8). Kinerja ini sedikit di atas prediksi para analis yang memperkirakan laba bersih HSBC sebesar US$ 12,5 miliar.
Laba ini diperoleh oleh HSBC setelah menjual unit yang dimilikinya di Brasil kepada Banco Bradesco SA dengan nilai sebesar US$ 5,2 miliar. Banco Bradesco SA merupakan bank swasta terbesar kedua di Brasil.
Pendapatan HSBC juga meningkat sebesar 4% menjadi US$ 30,8 miliar. Asia menyumbang 70% laba sebelum pajak kepada HSBC. Stuart Gulliver, CEO HSBC mengakui, pihaknya telah mengupayakan berbagai cara untuk meningkatkan pendapatan di tengah tingginya biaya operasional yang terus meningkat.
Juni lalu, HSBC bahkan mengumumkan rencana tiga tahun mereka yang cukup mengejutkan. Salah satunya adalah rencana memotong 50.000 tenaga kerja mereka. Pemotongan karyawan diharapkan dapat mengurangi biaya tahunan sebesar US$ 5 miliar.
HSBC juga berencana menjual anak usahanya di Turki. Tidak berhenti disitu, HSBC juga sedang mempertimbangkan akan memindahkan kantor pusatnya yang ada di London. Diperkirakan markas besarnya ini akan dipindahkan ke Hongkong.
Keputusan tersebut segera dikonfirmasi setelah anggota dewan memberi keputusan di akhir tahun ini. BBC mengabarkan, saham HSBC Hong Kong naik sebesar 1.4% setelah kinerja diumumkan, melebihi acuan indeks Hang Seng yang turun hampir 1%.
Seperti diketahui, senjak Gulliver mengambil alih posisi CEO telah terjadi lebih dari 87.000 pemangkasan pekerja dan kehilangan 78 bisnis usaha mereka.