Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yudho Winarto
BAGHDAD. Meski gejolak politik dan keamanan masih melanda Irak, minat Royal Dutch Shell Plc. (Shell) untuk berinvestasi di negara tersebut tidak surut. Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) multinasional patungan Belanda-Inggris ini berencana mendirikan pabrik petrokimia di kota Basra, wilayah Irak bagian Selatan.
Nilai investasi yang akan dibenamkan Shell terhitung sangat besar. Seperti diwartakan situs berita middle-east-online.com, kesepakatan investasi yang ditandatangani antara Shell dengan pemerintah Irak tersebut mencapai € 9,6 miliar atau setara dengan US$ 11 miliar. "Ini merupakan kesepakatan besar dan ditargetkan akan beroperasi dalam lima tahun mendatang," kata Assem Jihad, Juru Bicara Kementerian Perminyakan Irak, seperti dikutip middle-east-online.com, Kamis (29/1).
Kalau investasi Shell tersebut berjalan mulus, Irak digadang-gadang akan menjadi produsen petrokimia terbesar di kawasan Timur Tengah. Assem Jihad menyatakan, pabrik petrokimia tersebut kelak bakal memproduksi plastik, pupuk, dan turunan produksi minyak.
Langkah ini diyakini pemerintah Irak akan meningkatkan diversifikasi pendapatan negara. Sampai saat ini penjualan minyak masih memberikan kontribusi hingga 90% terhadap pendapatan negara Irak. Kondisi tersebut tentu saja sangat tidak menguntungkan pemerintah Irak ketika harga minyak pada saat ini terpuruk ke level US$ 45 per barel, atau terendah dalam kurun waktu enam tahun terakhir.
Nasser al-Esawi, Menteri Perindustrian Irak, seperti diwartakan Reuters menyebutkan, pabrik Shell tersebut akan memproduksi 1,8 juta ton produk petrokimia saban tahun.
Sementara itu salah seorang Juru Bicara Shell menyatakan pemerintah Irak sudah menyetujui pendirian pabrik petrokimia tersebut pada 13 Januari lalu. "Shell telah bekerjasama dengan kementerian Irak di sektor industri dan mineral, bersama-sama dengan kementerian migas dan transportasi," ucap Juru Bicara Shell, yang enggan disebut identitasnya.
Bukan pertama kali Sekadar tambahan informasi, sebenarnya ini bukan pertama kali Shell menanamkan investasi di Irak. Pada Januari 2010, melalui anak usahanya Shell Iraq Petrolium Development B.V., Shell menjadi pemimpin konsorsium pembangunan kilang minyak Majnonn Oil Field. Selain Shell, anggota konsorsium proyek itu adalah perusahaan migas asal Malaysia, Petronas, dan Missan Oil Company.
Proyek ini memiliki kontrak selama 20 tahun. Majnoon termasuk salah satu kilang minyak terbesar di dunia. Selain Majnoon, Shell memiliki saham sebesar 44% di Basrah Gas Company. Porsi kepemilikan saham terbesar, yaitu 51%, dimiliki oleh The South Gas Company. Sedangkan 5% saham Basrah lainnya didekap oleh Mitsubishi Corporation. Proyek di Basrah tersebut sudah disepakati sejak tahun 2012 silam.