Sumber: Bloomberg | Editor: Sanny Cicilia
SINGAPURA. Negara berkembang akan mendapat keuntungan dari kebijakan moneter global yang kembali normal. Bank sentral Singapura mengatakan, yang termasuk dengan kembalinya kebijakan moneter normal antara lain kenaikan bunga acuan dan penghentian pembelian aset yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve.
"Kebanyakan negara-negara berkembang mitra Singapura mengatakan, menyambut kebijakan moneter yang lebih normal, asalkan dilakukan dengan dengan sesuai, jelas dan tertib," kata Managing Director Monetary Authority of Singapore (MAS), Ravi Menon, kemarin (10/8).
Menurut Menon, ujian besar selanjutnya adalah tahapan waktu (timeline) kenaikan bunga. Semakin cepat normalisasi kondisi moneter global, semakin baik dampaknya untuk Asia dan negara berkembang.
"Efek dari kebijakan moneter yang tidak konvensional, tidak signifikan. Tapi volatilitas arus dana asing, tekanan di pasar aset, kenaikan risiko terhadap stabilitas finansial, dan stagnansi kurva imbal hasil, itu yang menjadi distorsi keputusan investasi. Ini bukan konsekuensi sepele," kata Menon.
Bank sentral AS telah memangkas kebijakan pembelian aset US$ 10 miliar setiap bulannya, dan sekarang Federal Reserve membelanjakan US$ 25 miliar setiap bulan untuk quantitative easing. The Fed akan membicarakan penetapan waktu untuk menaikkan suku bunga, seiring dengan penurunan tingkat pengangguran yang lebih cepat dibanding perkiraan serta inflasi mendekati target 2%.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pernah mengatakan hal senada. Bulan lalu dia bilang, pengurangan stimulus The Fed diperkirakan akan berdampak moderat. Sedangkan Gubernur Bank Negara Malaysia, Zeti Akhtar Aziz April lalu memperkirakan, aksi The Fed tidak akan mengganggu aliran kredit.