Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Dalam sepekan terakhir, Thailand turut membantu memfasilitasi pemindahan sekitar 900 warga negara China yang terjebak dan menjadi korban penipuan di kota perbatasan Myanmar, untuk kembali ke Tiongkok.
Hal tersebut diungkapkan oleh Perdana Menteri Srettha Thavisin pada Minggu (3/3/2024).
Mengutip Reuters, menurut PBB, Asia Tenggara, termasuk Myanmar, telah menjadi pusat telekomunikasi dan penipuan online lainnya, di mana ratusan ribu orang diperdagangkan oleh geng kriminal dan dipaksa bekerja di pusat penipuan dan operasi ilegal lainnya.
Operasi tersebut, yang menurut polisi Thailand dimulai Kamis lalu dan selesai pada hari Sabtu, melibatkan pengangkutan warga negara Tiongkok dari kota Myawaddy di perbatasan Myanmar ke bandara di distrik perbatasan Thailand, Mae Sot, di mana mereka dipindahkan ke pesawat China.
“Ini adalah operasi sukarela bersama antara tiga negara, Tiongkok, Myanmar dan Thailand,” kata Perdana Menteri Srettha.
Baca Juga: Ribuan Pemuda Myanmar Berniat Hengkang dari Negaranya Usai Pengumuman Wajib Militer
Menurutnya, proses operasi dilakukan secara sukarela, berdasarkan prinsip kemanusiaan, tidak dipaksakan. Dia menambahkan bahwa Thailand telah memfasilitasi pemindahan tersebut dengan penerbangan di Mae Sot.
Wakil kepala polisi Thailand Surachae Hakparn mengatakan operasi tersebut melibatkan 15 penerbangan selama tiga hari untuk memulangkan korban penipuan Tiongkok ke China.
Kementerian luar negeri Tiongkok tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters. Juru bicara militer Myanmar juga tidak menanggapi panggilan untuk dimintai keterangan.
November lalu, pihak berwenang Myanmar menyerahkan 31.000 tersangka penipuan telekomunikasi ke Tiongkok dalam tindakan keras bersama terhadap penipuan online di Myanmar.
Baca Juga: Junta Myanmar Memperpanjang Keadaan Darurat Enam Bulan ke Depan
Tiongkok dan Myanmar juga membantu memfasilitasi pemulangan lebih dari dua ratus warga Thailand ke Thailand, baik korban maupun mereka yang terlibat dalam geng penipuan telekomunikasi, yang terjebak dalam pertempuran antara militer Myanmar dan kelompok etnis minoritas bersenjata di Laukkaing di Negara Bagian Shan, bagian utara Myanmar.