Sumber: Bloomberg | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - RIO DE JANEIRO. Perusahaan tambang bijih besi asal Brasil, Vale SA mengalami kerugian sebesar 200 juta real Brasil atau sekitar Rp 600 miliar. Ini akibat keputusan pemerintah Brasil yang dinilai merugikan Vale.
Ada dugaan skema korupsi dan pencucian uang di sektor pertambangan. Dalam skema itu, pejabat pemerintah diduga membuat keputusan yang tidak netral atau adil. Keputusan tersebut justru menguntungkan pihak tertentu dan merugikan Vale.
Putusan pengadilan Brasil mengungkap bahwa pada tahun 2023, perusahaan Aiga Mineração memperoleh hak atas mineral di wilayah tambang Capanema. Namun, Aiga diduga telah menyalahgunakan tumpukan limbah tambang milik Vale (tailings) yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan.
Baca Juga: Saham Vale Indonesia (INCO) Melompat 6,08% (27/8/2025), Apa Sentimen Positifnya?
Dalam dokumen pengadilan juga disebutkan sejumlah pejabat di badan pengawas pertambangan nasional Brasil, Agência Nacional de Mineração (ANM), termasuk seorang direktur yang telah ditangkap dalam penyelidikan kepolisian, diduga memberikan perlakuan istimewa kepada Aiga dan merugikan Vale.
Hingga saat ini, Vale belum memberikan komentar resmi terkait putusan tersebut. Sementara itu, Aiga Mineração tidak dapat dihubungi oleh Bloomberg News untuk dimintai keterangan.
Kepolisian federal Brasil mengungkap keberadaan organisasi kriminal yang beroperasi di sektor pertambangan dengan cara memalsukan izin lingkungan melalui penyuapan terhadap pejabat publik. Beberapa temuan kepolisian ini turut dicantumkan dalam putusan pengadilan.
Vale merupakan salah satu pemasok bijih besi terbesar di dunia. Perusahaan baru-baru ini kembali mengoperasikan tambang Capanema, yang merupakan proyek ekspansi penting untuk menambah kapasitas produksi sebesar 15 juta ton per tahun. Proyek ini menjadi bagian dari target Vale untuk memproduksi antara 340 hingga 360 juta ton bijih besi pada tahun depan.
Sebagai bagian dari strategi keberlanjutannya, Vale juga berinvestasi dalam pengolahan kembali limbah tambang dan batuan sisa. Perusahaan memperkirakan sekitar 10% dari total produksinya pada tahun 2030 akan berasal dari praktik pertambangan sirkular, terutama di wilayah Minas Gerais.