Sumber: Euronews | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Program vaksinasi Covid-19 sudah mulai terlaksana di sejumlah negara dalam satu bulan terakhir. Sayangnya, ketimpangan mulai terlihat dalam hal kecepatan serta ketersediaan vaksin.
Organisasi kesehatan dunia WHO memperingatkan risiko perlombaan vaksin di antara negara-negara kaya yang bisa merugikan banyak negara miskin dan berkembang.
Dilansir dari Euronews, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa saat ini sudah ada 42 negara yang menyediakan vaksin Covid-19 yang aman dan efektif.
Meskipun demikian, Tedros menyayangkan minimnya ketersediaan vaksin untuk negara-negara dengan penghasilan yang rendah.
"Tiga puluh enam di antaranya adalah negara berpenghasilan tinggi dan enam adalah negara berpenghasilan menengah. Jadi ada masalah yang jelas bahwa negara berpenghasilan rendah belum menerima vaksin," ungkap Tedros.
Baca Juga: WHO minta negara Eropa bekerja ekstra untuk cegah penyebaran varian baru Covid-19
Sejalan dengan pernyataan WHO, organisasi People's Vaccine Alliance turut menyampaikan data terkait ketimpangan jumlah vaksin antara negara kaya dan negara berkembang di seluruh dunia.
People's Vaccine Alliance memperkirakan saat ini negara-negara berkembang hanya mampu memberi vaksin untuk 1 dari 10 orang saja.
Jumlah tersebut berbanding terbalik dengan negara-negara Eropa yang bahkan telah memiliki cadangan vaksin tiga kali lebih banyak dari populasi mereka.
Salah satu hambatan yang banyak dialami negara miskin dan berkembang adalah ketersediaan fasilitas pendingin yang sangat diperlukan untuk mengangkut dan menyimpan vaksin Covid-19.
Terkait dengan hal itu, vaksin buatan AstraZaneca dianggap bisa menjadi solusi untuk banyak negara berpenghasilan rendah karena tidak perlu diangkut dan disimpan pada suhu yang sangat rendah.