kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yellen beri sinyal bunga The Fed naik


Senin, 29 Agustus 2016 / 11:34 WIB
Yellen beri sinyal bunga The Fed naik


Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini

WYOMING. Siap-siap suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) naik. Gubernur The Fed Janet Yellen menyatakan, kondisi pasar ketenagakerjaan di negeri paman Sam mendukung kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya sejak Desember 2015 lalu.

"Mengingat kinerja lanjutan yang solid dalam pasar tenaga kerja dan proyeksi kami terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi, saya yakin kenaikan federal funds rate sudah diperkuat dalam beberapa bulan terakhir," katanya dalam sebuah konferensi perbankan di Jackson Hole, Wyoming, akhir pekan lalu, seperti dikutip Bloomberg.

Kenaikan suku bunga secara bertahap, Yellen bilang, tetap perlu dilakukan untuk menjaga pasar tenaga kerja serta laju inflasi yang dipatok The Fed sebesar 2% dalam beberapa tahun ke depan.

Menurut beberapa petinggi The Fed, jika keadaan ekonomi AS terus membaik, kenaikan suku bunga bisa terjadi pada September 2016 nanti. Tapi, kenaikan suku bunga acuan berikutnya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Sebab, The Fed tengah mencoba menyeimbangkan pertumbuhan dan kekhawatiran overheating ekonomi.

Bukan cuma itu, The Fed juga sedang mempertimbangkan senjata baru untuk menghadapi resesi ekonomi selanjutnya. Pejabat bank sentral AS menyebutkan, mereka membutuhkan kebijakan baru untuk mengantisipasi hal-hal yang bakal terjadi.

Instrumen baru

Seperti dilansir Reuters, beberapa opsi kebijakan baru The Fed antara lain mengerek target inflasi dan membeli aset-aset non-pemerintah seperti kredit korporasi. Namun, kebijakan ini bergantung pada keputusan politis. Soalnya, kebijakan itu membutuhkan persetujuan kongres. 

Tambah lagi, The Fed tengah berusaha mengembalikan kepercayaan publik yang sudah terlanjur skeptis dengan kebijakan mereka yang tidak konvensional. Sekalipun, The Fed beralasan, instrumen baru akan dibutuhkan pada masa-masa perlambatan ekonomi. Pasalnya, mereka percaya saat ini adalah waktu yang tepat untuk mengkaji lagi pembelian aset-aset non-pemerintah mumpung bunga belum naik.

President Federal Reserve Bank of Atlanta Dennis Lockhart mengatakan, posisi bank sentral kini memang terjepit. Dalam konferensi di Jackson Hole, topik utama diskusi adalah aset The Fed senilai US$ 4,5 triliun. Aset itu terdiri dari obligasi hasil pembelian sepanjang 2007–2009. Upaya tersebut dilakukan untuk melawan resesi.

Lockhart mengungkapkan, sejumlah pejabat The Fed ingin lembaganya mengurangi obligasi yang mereka miliki. Sementara beberapa pejabat lain memilih untuk mempertahankan kepemilikan. Mereka akan membiarkan balance sheet The Fed menciut secara perlahan. Ini merupakan sebuah proses yang membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan tidak akan dimulai sampai kenaikan suku bunga benar-benar terjadi. Proses substansial hanya bakal terjadi di tengah ekspansi ekonomi AS yang berkelanjutan.

Meski demikian, Yellen menyatakan, balance sheet The Fed bakal cenderung membengkak pada resesi yang akan datang, seiring langkah bank sentral membeli aset-aset non-pemerintah untuk menstimulasi ekonomi.

Dalam simposium yang dihadiri 15 Federal Reserve Bank Negara Bagian AS dan bank sentral seluruh dunia, Yellen membeberkan rencana The Fed mengambilalih kredit bertenor pendek dan menghapuskan kas yang terbebani suku bunga negatif.  

Yellen menambahkan, di masa mendatang, The Fed akan mempertimbangkan beberapa instrumen alternatif. Ambil contoh, ada kemungkinan untuk menargetkan level rata-rata harga terhadap ekonomi ketimbang mengubah suku bunga acuan. Instrumen yang dimaksud Yellen tidak termasuk memberlakukan bunga negatif.            




TERBARU

[X]
×