kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagal bayar utang korporasi global meningkat


Rabu, 21 Desember 2016 / 12:08 WIB
Gagal bayar utang korporasi global meningkat


Reporter: Dessy Rosalina, Mona Tobing | Editor: Dupla Kartini

LONDON. Awas, turbulensi ekonomi dunia masih terjadi. Coba tengok hitungan terbaru lembaga pemeringkat dunia Standard and Poor (S&P).

S&P melaporkan, tahun 2016 merupakan tahun paling kelam bagi korporasi global dari sisi kemampuan membayar utang. Sepanjang tahun ini, jumlah perusahaan yang gagal bayar utang mencapai 150 perusahaan.

Angka ini naik 40% secara tahunan atau year on year (yoy). Asal tahu saja, kenaikan drastis ini disebut S&P sebagai tahun terburuk bagi perusahaan global sejak krisis keuangan global yang terjadi pada 2008 silam.

Perlambatan ekonomi global membuat korporasi global mengalami tekanan keuangan. Hal ini berujung pada rendahnya kemampuan korporasi membayar utang secara tepat waktu.

Data S&P terbaru menunjukkan, perusahaan yang mengalami gagal bayar (default) kebanyakan merupakan perusahaan besar dan yang berbasis di Amerika Serikat (AS). Jumlah perusahaan yang gagal bayar tersebut mencapai 99 atau mencapai dua pertiga dari total korporasi global.

Perinciannya, dari 150 perusahaan yang gagal bayar, sebanyak 40% atau 63 merupakan perusahaan minyak dan gas (migas). Sebanyak 50 perusahaan migas itu berasal dari AS.

Selanjutnya, sebanyak 28 perusahaan yang gagal bayar berasal dari negara berkembang. Sisanya sebanyak 12 perusahaan yang berbasis di Eropa.
"Jumlah ini telah melampaui jumlah total gagal bayar pada tahun 2015 yang sebanyak 113 perusahaan," tulis S&P seperti dikutip Reuters, kemarin.

Catatan saja, dari 150 perusahaan yang menderita gagal bayar, sebanyak 56 perusahaan default karena tidak dapat membayar utang pokok, bunga dan kupon. Selanjutnya 40 perusahaan berupaya melakukan pertukaran utang (refinancing).

Kemudian, sebanyak 18 perusahaan melakukan pengajuan kebangkrutan. Sedangkan sisanya  sebanyak 14 perusahaan tidak transparan menjelaskan penyebab gagal bayar.

Ada pula perusahaan yang menunda pembayaran bunga dan melakukan moratorium utang. Penyebab lain, melakukan percepatan utang dan restrukturisasi.

Berpotensi pulih

Sebagai perbandingan, jumlah perusahaan yang gagal membayar utangnya pada 2009 sebanyak 265 perusahaan. Pemicu saat itu yakni runtuhnya perusahaan keuangan di AS yang menjalar ke Eropa dan seluruh dunia.

S&P memprediksi, tren naik gagal bayar korporasi global masih akan berlanjut sampai akhir semester I tahun depan. Sedikit berbeda, lembaga rating Moody's meramal, potensi default korporasi AS bakal membaik. 

Penopangnya, rencana ekonomi Donald Trump yang bakal memberikan berkah bagi korporasi AS. "Kualitas kredit korporasi AS di 2017 akan membaik," tulis Moody's, seperti dikutip Bloomberg. Trump berencana pangkas pajak korporasi dari 35% jadi 15%.




TERBARU

[X]
×