kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah Brent berjangka naik ke US$ 79,2 per barel


Selasa, 22 Mei 2018 / 06:26 WIB
Harga minyak mentah Brent berjangka naik ke US$ 79,2 per barel
Presiden Venezuela Nicolas Maduro


Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah AS mencapai level tertinggi sejak 2014, Senin (21/5), di tengah peningkatan kekhawatiran bahwa produksi minyak Venezuela bisa jatuh lebih lanjut menyusul pemilihan presiden negara itu dan potensi sanksi terhadap negara anggota OPEC.

Harga semakin menguat setelah Presiden AS Donald Trump berdiskusi dengan Rusia dan China tentang pemberian utang baru ke Venezuela. Trump meneken perintah eksekutif pada hari Senin untuk membatasi kemampuan Venezuela melikuidasi aset-aset negara, kata seorang pejabat senior pemerintah kepada wartawan.

"Produksi sudah turun sedikit tetapi ada perkiraan penurunan semakin laju," kata Jamie Webster, direktur senior Pusat Dampak Energi di Boston Consulting Group. "Semakin banyak pandangan bahwa kejadian ini bisa seburuk Libya di hari-hari terburuknya, produksi bisa jatuh ke persentase yang sangat kecil dari apa yang mampu dilakukannya."

Minyak mentah AS berjangka ditutup 96 sen atau naik 1,4% ke US$ 72,24 per barel. Harga sempat menyentuh US$ 72,33 yang merupakan level tertinggi sejak November 2014. Dalam perdagangan pasca-penutupan pasar, ternyata harga sempat mencapai rekor tertinggi baru selama 3,5 tahun terakhir di US$ 72,59.

Minyak mentah Brent berjangka naik 71 sen atau 0,9% lalu bertengger di US$ 79,22 per barel. Dalam perdagangan pasca-penyelesaian, patokan global naik menjadi US$ 79,59, naik lebih dari satu dolar dari penutupan sebelumnya.

Presiden sosialis Venezuela, Nicolas Maduro, menghadapi kecaman internasional yang meluas pada hari Senin (21/5) setelah terpilih kembali pada akhir pekan lalu. 

Amerika Serikat secara aktif mempertimbangkan sanksi minyak terhadap Venezuela, di mana output telah turun hingga sepertiga dalam dua tahun terakhir ke titik terendah dalam beberapa dekade. 

"Momok sanksi minyak AS terhadap produsen Amerika Latin yang sedang dilanda sekarang membayangi besar ketika Washington berusaha memperketat tali pusat keuangan," kata ahli strategi PVM Oil Associates, Stephen Brennock dalam sebuah catatan.

Brent terdorong melewati US$ 80 per barel pekan lalu untuk pertama kalinya sejak 2014 dan pasar mungkin sekali lagi mencoba menembus batas harga itu, kata Gene McGillian, wakil presiden penelitian di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

"Sepertinya penurunan hanya karena profit taking jangka pendek dan kita akan melihat apakah orang akan bersedia untuk mendorong pasar melalui $ 80 lagi," katanya.

Di luar penurunan produksi Venezuela, kekhawatiran geopolitik bahwa sanksi AS terhadap Iran dapat mengekang ekspor minyak mentah negara itu telah menyebabkan harga minyak diperdagangkan lebih tinggi dalam beberapa pekan terakhir.

Peningkatan produksi shale oil AS dan pembukaan kuota OPEC dapat mengakhiri reli harga, Chief Executive BP Bob Dudley mengatakan kepada Reuters.




TERBARU

[X]
×