Sumber: Reuters | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - MOSKOW, RUSIA. Kembali ke tingkat produksi minyak pada Oktober 2016 merupakan salah satu opsi mengurangi pembatasan produksi minyak mentah dunia saat ini, kata Menteri Energi Rusia Alexander Novak, Sabtu (27 Mei 2018).
Sumber Reuters mengatakan, pekan ini Arab Saudi dan Rusia sedang membahas peningkatan produksi OPEC dan non-OPEC untuk mengurangi 17 bulan pembatasan pasokan ketat di tengah kekhawatiran bahwa kenaikan harga minyak saat ini telah terlalu jauh.
"Ketika memperpanjang perjanjian sampai akhir 2018, kami berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan seperti itu (kembali ke level Oktober 2016)," kata Novak kepada wartawan. "Tetapi keputusan akan dibuat pada bulan Juni," tambahnya, mengacu pada pertemuan negara-negara OPEC dan non-OPEC di Wina pada 22-23 Juni mendatang.
Kesepakatan yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2017 lalu menetapkan para produsen minyak global mengurangi output gabungan mereka sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) demi mengurangi stok yang membengkak dan menopang harga minyak.
Produksi minyak Rusia mencapai 30 tahun tertinggi 11.247 juta barel per hari pada Oktober 2016, dan waktu itu, berjanji memotongnya 300.000 barel per hari menjadi 10.947 juta.
Namun Maret dan bulan April tahun ini Rusia gagal memenuhi kesepakatan dengan memompa minyaknya pada laju 10,97 juta bpd, tertinggi 11 bulan.
Harga minyak telah meningkat menjadi US$ 80 per barel, tingkat tertinggi sejak akhir 2014. Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada hari Kamis bahwa harga US$ 60 saja sudah "sesuai dengan Rusia".
Novak juga berharap Iran mengurangi output tidak lebih dari 10% alkibat langkah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir dan menerapkan ulang sanksi terhadap Teheran.
"Saya pikir pengurangan produksi tidak akan signifikan seperti yang diperkirakan banyak orang," kantor berita RIA mengutip Novak mengatakan ketika ditanya apakah dia setuju dengan perkiraan bahwa sanksi itu bisa mengurangi 800.000 barel per hari dari pasar.
"Sekitar 10 persen mungkin adalah tingkat maksimum," katanya.
Novak memperkirakan bahwa premi "risiko geopolitik" untuk harga minyak adalah sekitar US$ 5 - US$ 7 per barel.