kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,65   -11,86   -1.27%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Selera konsumen kaya China bergeser ke sporty


Sabtu, 18 Juni 2016 / 15:32 WIB
Selera konsumen kaya China bergeser ke sporty


Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Yudho Winarto

ALEX HE keluar dari pusat perbelanjaan dengan mengempit banyak tentengan. Hari itu, Alex telah menghabiskan duit senilai US$ 3.000 atau setara Rp 40,5 juta. Alex, 29 tahun, bekerja di industri keuangan dan bermukim di Beijing.

Alex menghabiskan duit ribuan dollar untuk berbelanja sejumlah produk sporty, termasuk sepatu Adidas dan kemeja merek Under Armour.

“Dulu saya mengoleksi barang mewah, tapi setahun terakhir saya lebih banyak membeli merek sport karena lebih nyaman dan trendi,” tutur Alex seperti dilansir Bloomberg.

Boleh jadi, Alex merupakan satu dari sekian banyak konsumen kaya China yang mulai beralih selera dari merek luxury menjadi sporty. Padahal, selama ini China merupakan surga bagi produsen mahal.

Catatan konsultan Bain & Company, pasar China menyumbang 30% terhadap total penjualan barang mewah di seluruh dunia. Tapi, selera kaum tajir China mulai susut.

Hitungan Bain, pasar barang mewah China mencapai US$ 17,3 miliar di 2015, susut 2% ketimbang di 2014. Pergeseran selera konsumen tajir China tak lepas dari kampanye President Xi Jinping.

Beberapa tahun terakhir, Jinping gencar mendorong konsumen mengurangi pembelian barang mewah semisal Pernod Ricard, Hugo Boss dan BMW karena kerap digunakan sebagai sogokan alias upeti kepada para pejabat Pemerintah China.

Faktor lain, kesadaran berolah raga tengah tumbuh di masyarakat China. "Kami melihat ada kenaikan signifikan jumlah partisipasi dalam acara lari dan olahraga lain," ujar Colin Currie, Managing Director Adidas di China.

Bertambahnya selera konsumer kaya berimbas terhadap penjualan produk olahraga. Penjualan Nike periode September 2015 hingga April 2016 melonjak hingga 35%. Penjualan Adidas pun naik kencang 38% menjadi US$ 2,79 miliar di sepanjang 2015.




TERBARU

[X]
×