Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
TOKYO. Pamor 7-Eleven semakin mencorong. Secara global, jumlah gerai convenience store ini terus bertumbuh hingga mencapai 50.000 unit. Di saat yang sama, nilai penjualannya pun melonjak.
Berdiri sejak 39 tahun yang lalu, 7-Eleven kini beroperasi di 16 negara, mulai dari Indonesia hingga Denmark. Seven & I Holdings Co, pemilik 7-Eleven global, juga terus menggenjot ekspansinya ke Amerika Serikat. "Bisnis kami di AS memasuki tahap pertumbuhan," ungkap Toshifumi Suzuki, Chief Executive Officer (CEO) Seven & I Holdings Co, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (30/7).
Pengelola 7-Eleven juga berniat meningkatkan kualitas toko. Selain itu, kata Suzuki, 7-Eleven akan melanjutkan aksi akuisisi. Di Jepang, 7-Eleven memiliki 15.218 gerai dengan rata-rata penjualan senilai US$ 8.000 per hari. Sedangkan di AS, rata-rata penjualan gerai 7-Eleven sebesar US$ 4.500 per hari. Meski penjualannya di Jepang lebih tinggi, 7-Eleven tidak bisa hanya menjiplak keberhasilan itu ke gerai di negara lain.
Intinya, 7-Eleven di AS harus melakukan hal-hal terbaik demi kepuasan konsumen di negara itu. "Jadi saya tidak menyuruh mereka melakukan hal-hal persis sebagaimana kami melakukannya di Jepang," ungkap Suzuki.
Yang pasti, saat ini keuntungan 7-Eleven melampaui pencapaian raksasa ritel Wal-Mart Stores Inc dan Carrefour SA. Bloomberg mencatat, Seven & I Holdings berhasil mengantongi margin usaha sebesar 7,13% di tahun fiskal yang berakhir Februari 2013. Sedangkan Wal-Mart meraih 5,93% dan Carrefour hanya 2,79% dalam kinerja terbaru mereka.
7-Eleven Inc, unit ritel convenience store di AS, memprediksi laba usaha di tahun ini mencapai rekor, yakni US$ 540 juta. Jumlah tersebut tumbuh 13% dibandingkan pencapaian tahun lalu.
Sang induk usaha, Seven & I Holdings, yang juga mengoperasikan supermarket Ito-Yokado di Jepang dan bisnis ritel lainnya, memperkirakan laba usahanya meningkat 15% menjadi ¥ 340 miliar atau Rp 35,70 triliun, yang memecahkan rekor selama tiga tahun berturut-turut.
Meski jaringan convenience store Seven & I Holdings tak tertandingi di Jepang, sejumlah analis melihat hal itu tak berlaku bagi brand Seven & I Holdings lainnya, seperti Ito-Yokado. "Tantangan terbesar Seven & I Holdings adalah bisnis supermarket," kata Takayuki Kito, konsultan Roland Berger Strategy Consultants.
Analis mempertanyakan kemampuan Ito-Yokado dalam menarik pelanggan, terutama soal pakaian. "Mereka menampilkan pakaian seperti makanan atau kebutuhan sehari-hari dibanding menjual fesyen, sehingga sangat tidak seksi," ungkap Kito.