Sumber: Bloomberg, Reuters | Editor: Uji Agung Santosa
TOKYO. Partai Demokrasi Liberal (LDP) kembali memegang tampuk kekuasaan di Jepang setelah memenangkan pemilihan umum (pemilu) yang diikuti seluruh rakyat Jepang pada Minggu (16/12). Kemenangan LDP ini menjadi jalan bagi mantan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk kembali memimpin Pemerintahan Jepang.
Dalam penghitungan cepat yang dilakukan televisi setempat, LDP berhasil memenangkan 300 kursi dan menempatkan 480 anggota majelis rendah. Sementara itu sekutu LDP, yaitu Partai New Komeito berhasil memenangkan 32 kursi. Abe yang saat ini berusia 58 tahun diharapkan mampu mendongkrak kembali ekonomi Jepang yang mengalami resesi dengan resep lebih radikal. Abe menang atas pesaingnya Perdana Menteri Yoshihiko Noda yang berasal dari Partai Demokrat (DJP) yang memenangkan pemilu 2009.
Kemenangan LDP ini juga bakal mengantar Pemerintah Jepang untuk bersikap lebih keras dalam sengketa wilayah dengan China, kebijakan energi pro-nuklir, termasuk pelonggaran kebijakan moneter dan ekspansi fiskal lebih besar. Kebijakan moneter yang longgar dan ekspansi fiskal diharapkan akan memicu pertumbuhan ekonomi, mengalahkan deflasi, dan menjinaknya nilai tukar yen yang terus menguat.
Pelonggaran moneter
Masalah ekonomi dan nuklir memang menjadi isu utama dalam pemilu Jepang kali ini. Keamanan energi nuklir selalu menjadi pertanyaan rakyat Jepang setelah bencana Fukushima pada tahun lalu. Namun, LDP sejak awal selalu bersikap lebih ramah dalam kebijakan nuklirnya. "LDP menang besar kali ini," kata Gregory Noble, seorang profesor politik di Universitas Tokyo.
Sedangkan dalam hal ekonomi, Abe telah menyerukan pelonggaran kebijakan moneter tanpa batas termasuk menjanjikan kenaikan belanja anggaran pada sektor pekerjaan umum guna menyelamatkan perekonomian. Para ekonom percaya, resep Abenomics mampu menciptakan pertumbuhan sementara dan memungkinkan Jepang mewujudkan rencana kenaikan pajak penjualan pada 2014 guna mengurangi utang publik. Saat ini utang publik Jepang mencapai dua kali pendapatan domestik bruto (PDB).
Ekonomi Jepang telah mengalami resesi keempat sejak tahun 2000. Resesi terjadi seiring perlambatan ekonomi global dan sengketa dengan China. Selain terbebani nilai tukar yen yang tinggi, komposisi penduduk usia tua yang tinggi juga membuat konsumsi domestik melambat sehingga perusahaan-perusahaan besar di Jepang goyah.