Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Maskapai berbiaya rendah Malaysia, AirAsia, berhutang jutaan dolar kepada pengelola bandara Malaysia, Malaysia Airports Holding Berhad (MAHB). Hal tersebut diputuskan oleh pengadilan setelah proses perselisihan yang memakan waktu cukup lama.
Dilansir dari South China Morning Post,kedua belah pihak memilih untuk menempuh jalur hukum setelah gagal menyelesaikan perbedaan secara damai atas peningkatan biaya layanan penumpang (PSC) sejak Juli 2018 untuk penerbangan internasional dari Bandara Internasional Kuala Lumpur 2 (KLIA 2) yang dikelola oleh anak perusahaan MAHB.
Baca Juga: Proyek pipa mangkrak, Mahathir sita uang 1 miliar ringgit dari anak usaha BUMN China
AirAsia telah menolak untuk mematuhi kenaikan PSC dari 50 ringgit alias US $ 12,15 menjadi 73 ringgit. Maskapai ini mengklaim tidak dapat meneruskan kenaikan biaya tersebut pada para penumpang karena standar pelayanan yang sangat buruk dari KLIA 2. Termasuk toilet yang kotor dan permukaan landasan yang tidak rata.
Portal berita Malaysia The Edge dalam laporannya menulis bahwa AirAsia berhutang setidaknya 40,6 juta ringgit atau setara US $ 9,87 juta MAHB soal biaya layanan penumpang ini.
Sementara pengacara AirAsia mengatakan pihaknya mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Selama ini, CEO AirASia Tony Fernandes memang kerap kali menyuarakan keluhannya terkait layanan di KLIA 2.
Baca Juga: Malaysia pertahankan bea keluar CPO sebesar 0% untuk pengiriman Agustus
Di antaranya soal adanya retakan dan genangan air di landasan, toilet yang kotor bahkan kemunculan kawanan lebah. “Sekarang kita punya lebah di KLIA 2. Kita punya belatung, tikus, dan sekarang lebah," tulis bos maskapai tersebut.
Fernandes juga memiliki hubungan buruk dengan Komisi Penerbangan Malaysia (Mavcom). Ia kerap mempertanyakan alasan pembentukan badan tersebut karena dinilainya malah memperlambat laju bisnis perusahaannya.