kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.568.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   -90,00   -0,56%
  • IDX 7.017   -71,99   -1,02%
  • KOMPAS100 1.040   -10,68   -1,02%
  • LQ45 811   -9,46   -1,15%
  • ISSI 212   -0,48   -0,23%
  • IDX30 416   -5,22   -1,24%
  • IDXHIDIV20 497   -6,62   -1,31%
  • IDX80 119   -1,44   -1,20%
  • IDXV30 123   -0,58   -0,47%
  • IDXQ30 137   -1,93   -1,39%

Arab Saudi Akan Memperkaya dan Menjual Uranium


Senin, 13 Januari 2025 / 16:26 WIB
Arab Saudi Akan Memperkaya dan Menjual Uranium
ILUSTRASI. Kompleks ladang minyak Shaybah terlihat pada malam hari di gurun Rub 'al-Khali, Arab Saudi, 14 November 2007.


Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan Arab Saudi berencana memonetisasi semua mineral, termasuk dengan menjual uranium.

"Kami akan memperkayanya dan kami akan menjualnya dan kami akan membuat 'kue kuning'," kata Pangeran Abdulaziz pada sebuah konferensi di Dhahran, Senin (13/1), seperti dikutip Reuters.

Ia mengacu pada konsentrat mineral bubuk yang digunakan untuk menyiapkan bahan bakar uranium untuk reaktor nuklir. Ini membutuhkan penanganan yang aman meskipun menimbulkan sedikit risiko radiasi.

Arab Saudi memiliki program nuklir yang baru lahir yang ingin mereka perluas hingga akhirnya mencakup pengayaan uranium, area sensitif mengingat perannya dalam senjata nuklir. Riyadh mengatakan ingin menggunakan tenaga nuklir untuk mendiversifikasi bauran energinya.

Baca Juga: Temukan Litium di Ladang Minyaknya, Ini yang Bakal Dilakukan Arab Saudi

Tidak jelas di mana ambisi nuklir Saudi akan berakhir, karena Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengatakan pada 2018 bahwa kerajaan akan mengembangkan senjata nuklir jika saingan regional Iran melakukannya.

Negara Teluk lainnya, Uni Emirat Arab (UEA), memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir multi-unit operasi pertama di dunia Arab. UEA telah berkomitmen untuk tidak memperkaya uranium sendiri dan tidak memproses ulang bahan bakar bekas.

Kerajaan itu mengatakan tahun lalu pihaknya berencana untuk membatalkan pengawasan ringan atas fasilitas nuklirnya oleh pengawas atom PBB dan beralih ke pengamanan reguler pada akhir tahun 2024.

Riyadh belum menyalakan reaktor nuklir pertamanya, yang memungkinkan programnya masih dipantau di bawah Protokol Kuantitas Kecil (SQP), sebuah perjanjian dengan Badan Energi Atom Internasional yang membebaskan negara-negara yang kurang maju dari banyak kewajiban pelaporan dan inspeksi.

Baca Juga: Arab Saudi Dapat Jackpot! Temukan Emas Putih di Ladang Minyaknya

Selanjutnya: Sebulan Naik 2,42%, Harga Emas Antam Hari Ini Bergeming (13 Januari 2025)

Menarik Dibaca: 14 Menu Sarapan yang Baik untuk Penderita Diabetes Konsumsi



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×