Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Sovereign wealth fund Arab Saudi PIF mengumpulkan dana 3,86 miliar riyal setara dengan US$ 1,03 miliar dari penjualan 2% saham di perusahaan telekomunikasi STC. Dana tersebut akan digunakan PIF sebagai upaya mengumpulkan dana untuk program diversifikasi ekonomi negara Teluk tersebut.
PIF menjual 100 juta saham STC di 38,6 riyal, lebih rendah 6,1% dari harga penutupan STC pada Rabu (13/11) di sebesar 41,1 riyal. Penawaran tersebut merupakan penjualan saham dengan sistem book-build terbesar yang pernah ada di Arab Saudi, Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). PIF dikutip Reuters menyebut ada kelebihan permintaan, tanpa memberikan rincianya.
Sebelumnya, PIF telah menjual 6% STC senilai US$ 3,2 miliar pada tahun 2021, akan mempertahankan saham sebesar 62% di operator telekomunikasi terbesar di negara itu. "Transaksi ini sejalan dengan strategi PIF mendaur ulang modal dan berinvestasi di sektor yang berkembang dan menjanjikan dalam ekonomi lokal," kata dia.
Baca Juga: Laba Saudi Aramco Susut 15% pada Kuartal III-2024, Tetap Pertahankan Dividen Besar
Dana kekayaan ini memiliki aset hampir US$ 1 triliun dan menjadi mesin utama strategi Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk melepaskan ekonomi dari ketergantungannya pada minyak.
Rencana yang dikenal sebagai "Visi 2030" bertujuan untuk mengembangkan sektor-sektor baru dan menciptakan aliran pendapatan yang lebih berkelanjutan. Namun, eksportir minyak terbesar dunia itu harus mengendalikan sebagian ambisinya selama setahun terakhir karena harga minyak yang rendah dan produksi yang menghantam ekonomi yang masih sangat bergantung pada pendapatan hidrokarbon.
Sebagai bagian dari peninjauan, kerajaan telah mengurangi ambisi yang tinggi untuk megaproyek NEOM, proyek pembangunan perkotaan dan industri di Laut Merah yang hampir seukuran Belgia. Reuters menyebut, PIF harus memprioritaskan penyelesaian elemen-elemen yang penting untuk menyelenggarakan acara olahraga global selama dekade berikutnya karena meningkatnya biaya.
Laporan tersebut menyusul kepergian mendadak CEO lama proyek tersebut, Nadhmi al-Nasr.