Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Tak hanya urusan perdagangan, China dan Amerika Serikat (AS) juga berada di garis terdepan dalam persaingan global untuk mendominasi teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI)
Studi Organisasi Hak Kekayaan Intelektual Dunia atau World Intellectual Property Organization (WIPO) menyebut, raksasa teknologi AS, IBM, sejauh ini memiliki portofolio paten AI terbesar dengan 8.920 hak paten. IBM mengungguli Microsoft yang memiliki 5.930 hak paten.
Sementara, China menyumbang 17 institusi dari 20 institusi akademis teratas yang terlibat dalam mematenkan AI. China juga sangat kuat dibidang "deep learning" atau teknik pembelajaran mesin yang mencakup sistem pengenalan ucapan.
“AS dan China berada di depan di area teknologi AI ini, dalam hal jumlah aplikasi, dan dalam publikasi ilmiah," kata Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry seperti dikutip Reuters, Kamis (31/1).
Pesatnya pengembangan teknologi AS oleh China ini memicu kecurigaan AS. Presiden AS Donald Trump terang-terangan menuduh China mencuri inovasi dan teknologi Amerika.
Makanya, Trump kemudian mengenakan tarif impor perdagangan atas barang-barang Tiongkok senilai US$ 234 miliar untuk menghukum China. Namun, China dengan tegas menentang tuduhan AS soal spionase ekonomi dan pencurian kekayaan intelektual tersebut.
Gurry mengakui meski ada tuduhan soal pencurian hak kekayaan intelektual, Chona adalah pemain serius di bidang kekayaan intelektual dengan jumlah terbesar hak paten aplikasi di dalam negeri.
Studi WIPO menunjukkan pengajuan paten internasional, publikasi ilmiah, pengajuan litigasi dan aktivitas akuisisi, dan menemukan ada banyak aplikasi paten untuk AI sejak 2013.
Aplikasi paten dalam pembelajaran mesin, yang mencakup teknik yang digunakan oleh layanan berbagi perjalanan untuk meminimalkan jalan memutar, pertumbuhan tahunan rata-rata mencapai 28% antara 2013-2016. Salah satu aplikasi AI paling populer adalah teknologi yang digunakan dalam mobil self-driving.