Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. CanSino Biologics mengatakan pada Rabu (9/9), tidak berarti semua vaksin eksperimental berbasis vektor virus berisiko, menyusul langkah AstraZeneca menyetop uji coba vaksinnya.
AstraZeneca pada Selasa (8/9) mengumumkan, mereka menghentikan uji coba tahap akhir dari vaksin berbasis vektor virus, yang menggunakan teknologi yang mirip dengan CanSino Biologics, setelah penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada sukarelawan.
"Tidak berarti semua vaksin eksperimental berbasis vektor virus berisiko," kata Zhu Tao, Kepala Ilmuwan CanSino Biologics, seperti dikutip Reuters, seraya menambahkan, tidak jarang uji klinis dihentikan sementara.
Selain itu, Zhu menyebutkan, pendapat ahli tentang kandidat vaksin virus corona tidak boleh diikuti "secara membabi buta" tanpa data uji klinis yang memadai.
Baca Juga: AstraZeneca setop uji coba, WHO: Keamanan vaksin corona jadi pertama dan terpenting
Ilmuwan di luar CanSino Biologics menyatakan, efektivitas kandidat vaksin virus corona buatan perusahaan asal China itu bertajuk Ad5-nCoV, yang didasarkan pada virus flu biasa yang telah terpapar banyak orang, bisa terbatas.
Menurut para ilmuwan, antibodi yang ada untuk melawan virus flu biasa bisa merusak Ad5-nCoV.
“Pengembangan vaksin adalah sains berbasis praktik, dan kita tidak boleh mengikuti para ahli secara membabi buta,” kata Zhu.
Dia menyebutkan, ada beberapa contoh di mana vaksin yang dibuat menggunakan metode yang diragukan oleh para ahli tapi mendapatkan persetujuan otoritas, setelah uji klinis membuktikan vaksin tersebut berhasil.
Baca Juga: Uji coba vaksin corona dihentikan, saham AstraZeneca langsung anjlok
Dan, Zhu bilang, tidak ada bukti yang menunjukkan antibodi yang ada terhadap flu biasa bisa berdampak buruk yang besar pada kemampuan Ad5-nCoV untuk memicu antibodi terhadap virus corona.
Zhu mengutip hasil dari 128 peserta yang diuji dengan dosis yang lebih rendah dari Ad5-nCov di tahap pertengahan percobaan. Ad5-nCoV, masih dalam uji coba tahap akhir, telah disetujui untuk digunakan dalam militer China.
Perusahaan pembuat vaksin biasanya harus mengumpulkan data dalam skala besar, uji coba tahap akhir untuk mendapatkan persetujuan otoritas untuk penggunaan massal.
"Tidaklah ilmiah untuk membandingkan tingkat antibodi yang dihasilkan oleh kandidat vaksin yang berbeda sejauh ini, karena metode pengujian yang bervariasi dapat merusak hasil," ujar Zhu.