Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Nikkei memimpin penguatan saham-saham di Asia pada awal pekan ini. Penguatan tersebut didorong oleh kenaikan dari saham-saham teknologi yang mandongkrak pasar Jepang.
Sebuah survei dari Bank of Japan menunjukkan sentimen bisnis membaik pada kuartal kedua karena berkurangnya kendala pasokan dan penghapusan pembatasan pandemi mengangkat output dan permintaan pabrik.
Mengutip Reuters (3/7), Indeks Nikkei naik 1,7% lagi pada hari Senin ke puncak 30 tahun. Di mana, pertumbuhan hampir 20% dari kuartal terakhir sejalan dengan lemahnya yen di periode tersebut.
Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang naik 1,2%, meski masih tertinggal jauh di belakang pasar Jepang. EUROSTOXX 50 berjangka dan FTSE berjangka keduanya naik 0,4%. S&P 500 berjangka dan Nasdaq berjangka stabil menjelang liburan 4 Juli, setelah naik lebih dari 6% di bulan Juni.
Baca Juga: Akseleran Siap Melantai di BEI, Bidik Dana Segar hingga Rp 358 Miliar
Sektor teknologi yang berkembang pesat juga dinilai telah mendapatkan dorongan lain dari berita Tesla yang mencatatkan rekor pengiriman 466.000 kendaraan pada kuartal kedua, melampaui estimasi pasar sekitar 445.000 unit.
Analis di Bank of America (BofA) mencatat nilai pasar dari tujuh saham teknologi terbesar telah menggelembung sebesar US$ 4,1 triliun sepanjang tahun ini, sementara gabungan Apple, Microsoft dan Alphabet bernilai lebih dari seluruh pasar negara berkembang.
Sementara itu, penguatan di saham-saham Asia terjadi ketika banyak data keluar terkait prospek ekonomi di China dan yang bisa mempengaruhi suku bunga AS.
Contoh, aktivitas pabrik China melambat di bulan Juni karena survei manufaktur Caixin menunjukkan penurunan menjadi 50,5, dari 50,9 di bulan Mei. Itu sedikit mengalahkan perkiraan pasar 50,2, tetapi masih menggarisbawahi tren pelemahan yang terlihat pada survei lainnya.
Bank sentral China telah menjanjikan tindakan yang lebih kuat untuk mendukung perekonomian dan tampaknya akan segera mendapatkan bos baru. Sesuatu yang besar diperlukan mengingat saham blue chips China turun 5% pada kuartal terakhir sementara sebagian besar negara maju menguat.