Sumber: Cointelegraph | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) berhasil menutup candle mingguan di atas level kunci US$112.000 setelah sempat tertekan di bawah US$109.000. Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView mengonfirmasi bahwa BTC/USD bertahan di level tersebut hingga sesi perdagangan Asia awal pekan ini.
Meski demikian, analis pasar menilai reli ini belum cukup untuk mengonfirmasi kembalinya tren bullish. Investor kripto Ted Pillows menilai reli BTC sebagian besar dipicu oleh penutupan posisi short, serupa dengan pergerakan Ethereum (ETH).
“Untuk reli kuat, BTC perlu ditutup harian di atas US$113.500. Jika tidak, harga kemungkinan besar akan kembali ke level terendah,” ujarnya.
Sementara itu, trader populer Roman memperkirakan harga akan bergerak terbatas di rentang sempit antara US$108.000–US$118.000, kecuali terjadi lonjakan volume signifikan.
Potensi Volatilitas Jelang Penutupan Bulan dan Kuartal
Dengan penutupan bulanan dan kuartalan kurang dari 48 jam, pasar kripto diperkirakan akan menghadapi volatilitas tinggi. Data CoinGlass menunjukkan pada level US$112.000, Bitcoin akan mencatatkan kenaikan 3% di September dan sekitar 4,4% di kuartal III.
Baca Juga: Prediksi Puncak Harga Bitcoin Menggunakan 5 Indikator
Menurut trader Daan Crypto Trades, performa ini tergolong rata-rata bagi Bitcoin. “Q3 memang cenderung menjadi kuartal terlemah secara historis dengan kenaikan rata-rata hanya sekitar 6%,” tulisnya di X. Namun, ia optimistis Q4 akan lebih menarik, mengingat pola historis yang biasanya lebih positif.
Likuidasi Besar dan Gap Baru di CME
Kenaikan Bitcoin di atas US$112.000 memicu likuidasi besar-besaran. Dalam 24 jam terakhir, total likuidasi kripto mencapai US$350 juta, dengan shorts menyumbang US$260 juta.
Trader CrypNuevo melihat peluang pemulihan dari level saat ini, meski sebagian besar pelaku pasar masih mengantisipasi potensi penurunan ke bawah US$100.000. Data CoinGlass juga mengungkapkan bahwa penurunan di bawah US$107.000 berpotensi melikuidasi posisi long senilai US$5 miliar.
Selain itu, muncul gap baru di CME Group Bitcoin futures, yang secara historis kerap menjadi “magnet harga”. Trader Killa menilai pasar bisa saja kembali menguji level terendah akhir pekan untuk menutup gap tersebut.
Faktor Eksternal: Data Ketenagakerjaan AS dan Tekanan pada The Fed
Pasar kripto juga akan dipengaruhi oleh data ketenagakerjaan AS yang dirilis pekan ini, di tengah tekanan terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell.
Meski The Fed memangkas suku bunga 0,25% pada pertemuan September, Presiden AS Donald Trump terus mendesak pemangkasan yang lebih agresif. Bahkan, dalam unggahannya yang kini dihapus, Trump menyindir Powell dengan ilustrasi dirinya “memecat” sang ketua The Fed.
Investor kripto menilai arah kebijakan suku bunga sangat krusial karena berhubungan langsung dengan aliran likuiditas ke aset berisiko seperti kripto.
Emas Catat Rekor, Bitcoin Masih Tertinggal
Sementara Bitcoin berjuang menjaga level US$112.000, emas mencatat rekor baru di US$3.800 per ons. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor global lebih memilih emas sebagai lindung nilai di tengah pelemahan dolar AS.
Baca Juga: Michael Saylor Prediksi Bitcoin Akan Naik Kembali Menuju Akhir 2025
Menurut analis Andre Dragosch dari Bitwise, emas lebih responsif terhadap kebijakan moneter, sementara Bitcoin lebih dipengaruhi ekspektasi pertumbuhan global. Ia menilai BTC berpotensi mengikuti reli emas dengan sedikit jeda waktu.
Holder Jangka Panjang Tetap Optimistis
Analisis on-chain dari CryptoQuant menunjukkan pola klasik pasar Bitcoin: investor jangka pendek (STH) cenderung menjual di tengah tekanan, sementara holder jangka panjang (LTH) tetap bertahan.
“Fenomena ini mirip dengan akhir 2024, ketika kepanikan jangka pendek justru mendahului rebound besar,” jelas analis Woo Min-Kyu.
Data Spent Output Profit Ratio (SOPR) memperlihatkan bahwa investor baru menjual dalam kondisi rugi, sedangkan “old hands” tidak terguncang. Dengan rata-rata harga beli STH di sekitar US$109.800, tekanan jual saat ini lebih banyak berasal dari investor baru yang panik.