Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - HANOI. Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un bertemu pada hari Rabu untuk KTT kedua mereka. Pertemuan ini akan mempertaruhkan hubungan pribadi keduanya untuk dapat memecah kebuntuan mengenai senjata nuklir Korea Utara sekaligus mengakhiri permusuhan yang berumur lebih dari 70 tahun.
Meskipun baru sedikit kemajuan yang dicapai demi memberangus proyek senjata nuklir Korea Utara sejak pertemuan pertama di Singapura pada tahun lalu, Trump mengatakan dirinya berkomitmen penuh untuk melakukan diplomasi dengan Kim.
Dilanir dari Reuters, Trump bahkan mulai sering menggunakan pilihan kata yang manis untuk bisa mempererat hubungan dengan Korea Utara. Menjelang pertemuan keduanya, Trump menyebut kedua pihak telah berhasil mengembangkan hubungan yang sangat.
“Vietnam telah berkembang pesat seperti beberapa tempat lain di bumi. Korea Utara juga akan sama dengan memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Hal itu akan tercapai jika dilakukan denuklearisasi,” cuit Trump di akun Twitter-nya.
“Potensinya mengagumkan dengan peluang yang besar, sepertinya hampir tidak ada bandingannya dalam sejarah, untuk teman saya Kim Jong Un. Kami akan segera tahu. Sangat Menarik!" lanjutnya.
Trump dan Kim akan bertemu di hotel Metropole pada pukul 6:30 malam waktu setempat untuk melakukan pembicaraan empat mata selama 20 menit disusul oleh agenda makan malam bersama sejumlah rombongan dari kedua negara.
Pada hari Kamis, kedua pemimpin akan mengadakan pertemuan secara marathon meski tempat pertemuannya tersebut belum diumumkan.
Di sisi lain kedua belah pihak kemungkinan akan merasakan tekanan untuk menyetujui langkah-langkah spesifik dalam pertemuan kali ini. Misalnya langkah konkret yang akan diambil Korea Utara untuk menyerahkan senjata nuklirnya, dan apa yang akan ditawarkan Amerika Serikat sebagai timbal baliknya.
Saat Amerika Serikat menuntut Korea Utara menyerahkan semua program nuklir dan misilnya, Korea Utara juga ingin AS mengapus program perlindungan nuklir yang mereka berikan pada Korea Selatan.
Namun para pejabat intelijen AS menyebut tidak ada tanda bahwa Korea Utara akan menyerahkan seluruh gudang senjata nuklirnya yang berharga, yang dianggapnya sebagai jaminan bagi keamanan nasional.
Sementara para analis menilai Korea Utara tidak akan melakukan pelucutan nuklir secara signifikan kecuali jika AS mencabut sanksi yang diberikan kepada negara tersebut.