kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.775   -15,00   -0,10%
  • IDX 7.473   -6,24   -0,08%
  • KOMPAS100 1.155   0,64   0,06%
  • LQ45 915   1,60   0,18%
  • ISSI 226   -0,60   -0,26%
  • IDX30 472   1,43   0,30%
  • IDXHIDIV20 570   2,50   0,44%
  • IDX80 132   0,24   0,18%
  • IDXV30 140   1,26   0,90%
  • IDXQ30 158   0,58   0,37%

Bursa Asia melemah menanti perkembangan isu tapering


Senin, 20 September 2021 / 15:36 WIB
Bursa Asia melemah menanti perkembangan isu tapering
ILUSTRASI. Bursa Asia. (Photo by James Matsumoto/SOPA Images)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Bursa saham Asia melemah dan dollar bertahan kuat pada perdagangan Senin (20/9) pagi. Pergerakan pasar pekan ini akan disemarakkan dengan sekitar selusin pertemuan bank sentral yang fokus melihat arah kebijakan The Fed yang diperkirakan kemungkinan akan mengambil langkah menuju tapering atau pengurangan pembelian aset. 

Libur di Jepang, Cina dan Korea Selatan membuat perdagangan bursa cukup tipis pada awal pekan ini. Faktor politik juga ikut menambah ketidakpastian di pasar seperti di Kanada dan Jerman yang tengah melakukan pemilihan umum. 

Pelaku pasar juga tengah menanti nasib raksasa properti China Evergrande. Perusahaan yang memiliki kewajiban sekitar US$ 300 miliar ini akan menghadapi pembayaran bunga jatuh tempo pada Kamis (23/9).

Jika tidak ada solusi terkait pembayaran utang Evergrade ini maka bisa menjadi risiko sistemik di sektor keuangan China. Kondisi ini ditambah dengan tindakan keras pemerintah China terhadap perusahaan teknologi semakin meningkatkan kekhawatiran bagi pelaku pasar sehingga memukul bursa Hong Kong pekan lalu.

Baca Juga: Elon Musk ejek Biden pasca SpaceX menyelesaikan misi sipil luar angkasa pertama

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,2% pada Senin pagi, setelah minggu lalu turun 2,5%. Nikkei Jepang ditutup melakukan konsolidasi setelah melonjak ke level tertinggi dalam 30-tahun di tengah harapan Perdana Menteri baru akan membawa stimulus ekstra dan perubahan kebijakan.

Indeks berjangka Nasdaq turun 0,1% dan kontrak berjangka S&P 500 tidak berubah di saat Wall Street berakhir melemah pekan lalu setelah data indeks kepercayaan konsumen AS mengecewakan.

The Fed diperkirakan akan meletakkan dasar untuk pengurangan pembelian aset  pada pertemuan yang akan digelar Selasa dan Rabu, meskipun konsensus memperkirakan pengumuman final akan ditunda hingga pertemuan pada  November atau Desember.

Imbal hasil Treasury 10 tahun menyentuh tertinggi dua bulan dan kurva mendatar ke depan majelis. "Kurva imbal hasil yang lebih datar menunjukkan beberapa kekhawatiran The Fed dapat melampaui siklus kenaikan," ujar Tapas Strickland, direktur ekonomi di NAB memperingatkan.

Dia mencatat hanya 2-3 anggota FOMC yang ingin mengubah perkiraan dot plot mereka untuk kenaikan pada tahun 2022 untuk menjadikannya rata-rata, mengingat tujuh dari 18 telah memperkirakan langkah itu akan diambil tahun depan. "The Fed bahkan dapat memiliki titik-titik untuk 2024 yang mampu memberikan tanda kecuraman siklus kenaikan bunga yang potensial." katanya dikutip Reuters, Senin (20/9).

Baca Juga: Petinju Manny Pacquiao akan mencalonkan diri sebagai presiden Filipina pada 2022

Sementara perkiraan rata-rata analis, akan terjadi dua kenaikan pada 2023 dan empat pada tahun 2024 dengan suku bunga dana The Fed jaga panjang diperkirakan 2,125%.

Bank sentral di Uni Eropa, Jepang, Inggris, Swiss, Swedia, Norwegia, Indonesia, Filipina, Taiwan, Brasil, Afrika Selatan, Turki, dan Hongaria semuanya mengadakan konferensi minggu ini. Norwegia diperkirakan menjadi yang pertama di G10 untuk meningkatkan suku bunga.

Kenaikan imbal hasil AS dan penghindaran ancaman umum telah menguntungkan dollar yang mendekati level tertinggi satu bulan di 93,232 pada sekeranjang mata uang.

Dolar berada di kisaran 109,96 terhadap yen, sedangkan euro mendekati level terendah dalam tiga minggu di US$ 1,1728 sebagian karena ketidakpastian menjelang pemilihan Jerman akhir pekan ini. Dollar yang lebih kuat membebani emas, yang tertahan di US$ 1.753 per ounce setelah turun 1,9% minggu lalu.

Selanjutnya: Rusia, China, dan 7 negara lain resmi memulai latihan militer kontra-terorisme


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×