Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
BEIJING. Pemerintah China dan Korea Selatan meneken kerjasama perdagangan bebas atawa free trade area (FTA). Dua negara Asia Timur Raya ini setuju untuk mengurangi hambatan perdagangan diantara kedua belah pihak, kecuali untuk beras dan mobil.
Kantor berita China Xinhua melaporkan, perjanjian perdagangan bebas tersebut mencakup 17 bidang, termasuk perdagangan online dan pengadaan barang pemerintah.
Pengumuman kerjasama perdagangan bebas tersebut dirilis setelah Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye bertemu di sela-sela pertemuan APEC di Beijing.
Woo Tae-hee, Wakil Menteri Perdagangan Korea Selatan sekaligus Ketua Negosiator FTA mengatakan, perjanjian perdagangan ini bukan menyasar pasar industri, seperti baja dan petrokimia.
Seperti dikutip dari Reuters, Korea Selatan mengharapkan pemotongan tarif impor. Sementara, China akan membuat produsen pakaian, barang olahraga dan elektronik menjadi kompetitif di China.
Korea Selatan memperkirakan, perjanjian bilateral itu akan mendorong nilai perdagangan antara dua negara menjadi US$ 300 miliar pada tahun depan. Lee Hang-koo, peneliti senior di Korea Institute for Industrial Economics and Trade bilang, pengecualian untuk mobil merupakan kabar baik karena pemerintah melindungi produsen lokal.
"Mereka prihatin tentang banjir potensi produk buatan China untuk jangka panjang," jelas Lee.
Meskipun perjanjian bilateral ini mengecualikan beras, terdapat keraguan bahwa parlemen Korea Selatan dengan cepat menyetujui pakta tersebut. Banyak petani di Korea Selatan yang menentang kesepakatan tersebut dan mendesak pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri.
Data menunjukkan, Korea Selatan mengalami surplus perdagangan dengan China sejak tahun 1993. Pada tahun lalu, surplus perdagangan mencapai US$ 62,8 miliar.
Namun, pada tahun lalu, untuk produk pertanian, kehutanan dan peternakan, neraca perdagangan Korea Selatan terhadap China mengalami defisit US$ 3,8 miliar.
Para analis di Seoul mengatakan, kerjasama tersebut tidak hanya membantu mendorong pertumbuhan ekonomi, namun akan memperkuat hubungan diplomatik antara Korea Selatan dengan China, sekutu utama Korea Utara.