CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

China punya 2.200 rudal berdaya jangkau hingga 5.500 km, respons Amerika?


Selasa, 09 Juni 2020 / 15:54 WIB
China punya 2.200 rudal berdaya jangkau hingga 5.500 km, respons Amerika?
ILUSTRASI. Pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) berdiri dalam formasi di dekat Lapangan Tiananmen sebelum parade militer yang menandai peringatan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok yang ke-70, di Beijing, China, 1 Oktober 2019. REUTERS/Jason Lee


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Lembaga Penelitian Strategis Internasional (IISS) memperkirakan, China memiliki lebih dari 2.200 rudal balistik dan jelajah dengan daya jangkau 500 hingga 5.500 kilometer.

Perkiraan ini tertuang dalam laporan penilaian keamanan kawasan Asia-Pasifik tahunan yang IISS terbitkan pada Jumat (5/6) lalu, dalam bab bertajuk Akhir dari Perjanjian Jangka Menengah Jangkauan Nuklir: Implikasinya untuk Asia. 

Mengutip Defense News, lembaga think thank itu merilis laporan yang membahas topik keamanan regional, seperti hubungan China-Amerika Serikat (AS), Korea Utara, dan kebijakan Jepang.

Menurut IISS, ribuan rudal jarak pendek dan menengah China itu adalah aset penting dalam memberikan tekanan kepada Taiwan, yang China anggap sebagai provinsi pembangkang.

Baca Juga: Punya 2.200 rudal balistik, China bisa kehilangan 95%-nya jika teken perjanjian

Meski begitu, China selalu menekankan, rudal balistik dan jelajah mereka hanya untuk tujuan defensif.

Rudal-rudal tersebut memberi China apa yang IISS gambarkan sebagai "keunggulan komparatif" di kawasan Asia-Pasifik. Sehingga, kecil kemungkinan Tiongkok akan dengan sukarela menandatangani pakta kontrol senjata potensial.

Laporan IISS menyebutkan, AS mungkin mengerahkan rudal sejenis ke kawasan Asia-Pasifik untuk mengatasi ketidakseimbangan mereka dalam senjata itu dengan saingannya di wilayah tersebut.

Hanya, IISS mengingatkan, ada risiko dua kali lipat dalam pengerahan senjata-senjata semacam itu ke Asia-Pasifik. 

Baca Juga: Shandong pembawa Hiu Terbang, kapal induk pertama China buatan lokal

"Memperburuk kekhawatiran China bahwa rudal akan diposisikan untuk digunakan melawannya, meningkatkan potensi respons dari China yang bisa mengarah pada siklus aksi-reaksi pengembangan dan penyebaran senjata dan berlanjutnya ketidakstabilan regional," sebut IISS.

AS kirim rudal pencegat ke Korea Selatan

AS juga dihadapkan dengan kesulitan mendasar, dengan sekutu dan mitra regional yang tidak mungkin menyetujui untuk menempatkan rudal semacam itu di wilayah mereka. Sebagian karena khawatir China melakukan pembalasan diplomatik dan ekonomi.

Laporan IISS menyatakan, China menargetkan ekonomi Korea Selatan sebagai tanggapan dan ketidaksukaannya atas sistem pertahanan rudal AS di negeri ginseng pada 2017.

Pada akhir bulan lalu, AS mengirim rudal pencegat baru ke pangkalan sistem pertahanan rudal Terminal High Altitude Area (THAAD) mereka di Korea Selatan, yang meningkatkan ketegangan dengan China.

Sebab, Beijing sejak dulu tegas menentang sistem pertahanan rudal AS di Korea Selatan tersebut. Meski, Seoul dan Washington selalu menekankan, sistem ini hanya untuk mengatasi ancaman rudal yang semakin meningkat dari Korea Utara.

Baca Juga: Situasi tambah panas, AS kirim rudal pencegat ke pangkalan mereka di Korea

Mengutip kantor berita Yonhap, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan, pengiriman rudal pencegat baru ke pangkalan AS yang terletak di Kota Seongju itu untuk menggantikan rudal yang lama.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan memastikan, tidak ada peluncur tambahan yang dikirim ke pangkalan. Pasukan Amerika Serikat Korea Selatan (USFK) telah mengoperasikan enam peluncur rudal pencegat THAAD di Seongju sejak 2017 lalu.

USFK dalam pernyataan yang dikirim ke Yonhap menyatakan, langkah itu adalah untuk mempertahankan tingkat kesiapan "bertempur" yang tinggi, dan memberikan postur pertahanan gabungan yang kuat untuk melindungi Korea Selatan terhadap segala ancaman atau musuh.

Merespons pengiriman rudal pencegat itu, mengutip Reuters, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, Tiongkok mendesak AS untuk tidak merusak hubungan bilateral antara Beijing dan Seoul.

Baca Juga: China meradang, AS pasok rudal THAAD pengganti ke Korea Selatan

Menurut Zhao, Beijing dan Seoul telah mencapai konsensus yang jelas tentang resolusi bertahap untuk rudal pencegat THAAD, dan berharap Korea selatan mematuhi perjanjian tersebut.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×