Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
MANILA. Korban tewas akibat topan Haiyan di Filipina diperkirakan terus bertambah. Sampai dengan Senin hari ini (11/11), tim penyelamat memperkirakan korban tewas mencapai 10.000 jiwa. Selain itu, lebih dari 60.000 jiwa diketahui dalam kondisi tak terurus.
PBB menyatakan, banyak korban topan dahsyat tersebut saat ini tidak memiliki makanan , air atau obat-obatan. Sementara itu, bantuan yang datang tidak bisa menuju lokasi bencana karena rusaknya infrastruktur jembatan, dan juga bandara. Alhasil, kota-kota di lokasi bencana terisolasi.
Presiden Benigno Aquino menyatakan, pemerintah Filipina saat ini dihadapkan dengan tantangan besar dalam tiga tahun ke depan. Saat ini, tentara Filipina sudah diterjunkan ke lokasi bencana untuk meredam penjarahan, dan dia mengaku telah memberlakukan keadaan darurat dan memberlakukan hukum militer.
Topan Haiyan yang melanda Filipina pada Jumat itu dikabarkan menjadi topan dahsyat yang menyapu desa-desa yang ada di pesisir. Bahkan, beberapa pejabat di Filipina menyatakan, sapuan badai disertai gelombang laut itu bagaikan tsunami yang menerjang Aceh di tahun 2004.
"Dari helikopter, Anda melihat sejauh dampak kerusakan. Sejak dari pantai luluh lantak sampai beberapa kilometer ke arah daratan. Tidak ada struktur yang berdiri. Rasanya seperti tsunami," kata Menteri Dalam Negeri Filipina, Manuel Roxas yang sudah berada di Tacloban, ibukota Leyte.
"Saya tidak tahu lagi bagaimana untuk menggambarkan apa yang saya lihat. Ini sangat mengerikan,” katanya. Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika Filipina menyatakan, topan tersebut berhembus dengan kecepatan 313 km per jam dengan hembusan mencapai 235 mph .
Dampak dari badai hebat itu membuat 620.000 jiwa mengungsi dan sebanyak 9,5 juta jiwa terkena dampak. Informasi ini dihimpun oleh Kantor PBB untuk urusan kemanusiaan daalam sebuah pernyataan. Pejabat lokal mengatakan, banyaknya korban tewas membuat tim penyelamat membuat kuburan massal untuk 300 sampai 500 mayat.
Di Tacloban, warga yang berjalan terpaksa harus berhati-hati karena sisa pecahan rumah, kayu dan material lainnya. Banyak diantara mereka mencari sanak keluarga dan juga mencari barang-barang yang hilang. Di daerah yang berpenduduk 220.000 jiwa itu tak satupun bangunan berdiri.
Saksi mata menyebutkan, kota dalam kondisi kacau balau. Kota yang terdekat dengan pantai sudah terendam, dan perumahan sudah rata dengan tanah, pepohonan tumbang dan tiang listrik tercerabut. Tampak mayat mengambang atau tercekik di sela-sela material rumah dan bangunan yang sudah hancur.
Tampak seorang wanita hamil delapan bulan selamat dari peristiwa itu. Namun, 11 anggota keluarganya telah menghilang , termasuk dua anak perempuannya. "Aku tidak bisa berpikir sekarang," katanya.
Saat ini ada 90 Marinir AS dan menuju ke Filipina untuk memberikan bantuan. Dan Presiden Barack Obama mengatakan, Amerika Serikat siap siap memberikan bantuan tambahan. Selain mengirim personel, AS juga mengirimkan dana bantuan jutaan dolar.