Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Amerika Serikat dan Rusia masih terus berselisih. Kali ini Washington mengklaim rivalnya itu berpotensi menyerang negara-negara anggota NATO di masa depan. Tuduhan itu tentu ditepis Moskow.
Dalam wawancara dengan kanal televisi nasional Rusia hari Minggu (17/12), Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut tuduhan itu tidak masuk akal.
"Ini benar-benar tidak masuk akal, saya pikir Presiden Biden memahami hal itu. Rusia tidak mempunyai alasan, tidak mempunyai kepentingan, tidak mempunyai kepentingan geopolitik, baik ekonomi, politik maupun militer untuk berperang dengan negara-negara NATO," kata Putin, dikutip Al Jazeera.
Menurut Putin, Biden sedang berusaha menebar ketakutan agar pengerahan militernya di Eropa bisa dimaklumi.
Pernyataan itu disampaikan Putin beberapa minggu setelah Biden memperingatkan bahwa Rusia berpotensi menyerang negara NATO jika menang di Ukraina. Menurut Biden, insiden itu bisa memicu perang dunia ketiga.
Baca Juga: Vladimir Putin: Tak Ada Kata Damai Sampai Tujuan Kami di Ukraina Tercapai
Biden: Jangan Sampai Putin Menang di Ukraina
Joe Biden pada 6 Desember 2023 lalu memohon kepada Partai Republik agar memberikan bantuan militer baru untuk Ukraina. Dirinya bahkan bertekad untuk tidak membiarkan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menang di Ukraina.
Mengutip Reuters, kali ini Biden meminta Senat menyediakan dana tambahan senilai US$175 juta. Demi mendapat dukungan Partai Republik yang merupakan oposisi, Biden bahkan mengisyaratkan kesediaan untuk melakukan perubahan signifikan terhadap kebijakan migrasi AS di sepanjang perbatasan dengan Meksiko.
"Kita tidak bisa membiarkan Putin menang. Jika Putin mengambil alih Ukraina, dia tidak akan berhenti di situ. Putin akan menyerang aliansi NATO," kata Biden.
Baca Juga: Joe Biden: Jangan Sampai Vladimir Putin Menang di Ukraina
Setelah hampir dua tahun memberikan dukungan, Gedung Putih pada 4 Desember 2023 akhirnya mengakui bahwa dana bantuan pertahanan mereka untuk Ukraina sudah hampir habis.
Direktur anggaran Gedung Putih, Shalanda Young, mengatakan bahwa pemotongan dana dan aliran senjata akan membebani Ukraina di medan perang meningkatkan kemungkinan menangnya Rusia.
Dalam surat yang diedarkannya ke para pemimpin Kongress, pihak Gedung Putih juga memastikan bahwa sumber daya dan dana untuk membelikan Ukraina senjata akan segera habis pada akhir tahun ini dan tidak ada dana lain untuk menambalnya.
Baca Juga: IMF Sepakat Sediakan US$900 Juta untuk Membantu Ukraina
Ketegangan di Finlandia
Tuduhan AS sepertinya bukan tidak berdasar. Rusia memang terus memperhatikan aktivitas militer Finlandia sejak negara tetangganya itu resmi bergabung dengan NATO pada April tahun ini.
Jumat lalu, Finlandia menutup seluruh perbatasan timurnya dengan Rusia, yang dituduh mendalangi krisis migran di perbatasannya.
Merespons hal itu, Putin mengatakan dia akan menanggapi memburuknya hubungan tersebut dengan membuka zona militer di barat laut wilayah itu.
Putin menegaskan bahwa perselisihan antara Rusia dan Finlandia telah selesai, termasuk sengketa wilayah pada pertengahan abad ke-20. Sayangnya, masuknya Finlandia ke NATO mungkin akan melahirkan ketegangan baru.
"Tidak ada masalah di sana. Sekarang akan ada masalah karena kami akan membentuk distrik militer Leningrad dan memusatkan sejumlah unit militer di sana," pungkasnya.