Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Pemerintahan Donald Trump menghadapi tekanan yang semakin besar dari perusahaan-perusahaan AS, untuk menunda pemungutan tarif atas barang-barang impor. Pasalnya, wabah virus corona yang melanda dunia membuat ekonomi menjadi suram.
Akan tetapi, langkah tersebut sepertinya tidak akan berlaku pada impor China yang bernilai US$ 360 miliar di mana barang-barang tersebut akan dikenakan tarif sebesar 25%.
"Pemerintah AS tetap teguh untuk tidak mengurangi tarif khusus itu pada perdagangan China," jelas Henrietta Treyz, direktur kebijakan ekonomi Veda Partners kepada South China Morning Post (SCMP). "Sebagai gantinya, mereka akan mengurangi beberapa tarif yang lebih sederhana pada negara-negara di seluruh dunia."
Baca Juga: AS berencana turunkan tarif pajak karyawan 0%, bagaimana Indonesia?
SCMP memberitakan, pada hari Rabu (1/4), sekitar 300.000 anggota Kamar Dagang AS mendesak Trump untuk menunda pemungutan tarif hingga enam bulan terkait pandemi. Langkah serupa sebelumnya juga dilakukan oleh 400 CEO perusahaan AS.
"Penghapusan tarif akan memberikan ruang bernapas bagi bisnis dan konsumen Amerika. Likuiditas menjadi salah satu tantangan utama bagi bisnis dari semua skala,” jelas Myron Brilliant, kepala urusan internasional kelompok bisnis tersebut.
Dengan lebih dari 30 negara bagian Amerika memberlakukan perintah tinggal di rumah untuk membendung pandemi, angka pengangguran telah melonjak, kegiatan ekonomi meningkat dan konsumen Amerika telah memasuki hibernasi.
Baca Juga: Pasar keuangan goncang pasca lebih 100.000 orang terinfeksi corona di seluruh dunia
Para pendukung penangguhan tarif sementara melihatnya sebagai cara meningkatkan arus kas untuk perusahaan yang putus asa dan sebaliknya merangsang ekonomi yang lebih luas.