Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
ANKARA. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa duta besar Rusia untuk Turki, Andey Karlov, tewas ditembak oleh seorang pria bersenjata.
"Hari ini (kemarin) di Ankara, hasil dari serangan, duta besar Rusia untuk Turkey Adrey Gennadyevich Karlov mengalami luka yang menyebabkan dirinya tewas. Kami melihat hal ini sebagai aksi teroris," kata Zakharova.
Kementrian Luar Negeri Rusia menjelaskan, serangan terjadi saat Karlov, 62 tahun, memberikan sambutan pembukaan pada pameran fotografi.
Menurut dua petugas keamanan yang menjadi sumber Reuters, pria bersenjata yang menembak dubes Rusia tersebut merupakan salah seorang petugas polisi yang tengah tidak bertugas dan bekerja di ibukota Turki. Sejumlah media milik pemerintah Turki melaporkan bahwa pria bersenjata tersebut sudah diamankan menyusul serangan yang dilakukan.
Sebelum menembak, sang polisi meneriakkan "Allahu Akbar" kepada duta besar Rusia tersebut. Sementara, produser NBC di Istanbul mengatakan, sang pria melihat Karlov di Turki sebelum menembaknya.
NBC News memberikan konfirmasi, si penyerang menunjukkan kartu identitas sebagai polisi di galeri seni, dan berpakaian necis serta berbahasa Turki. NBC News juga melaporkan, sang penyerang mengatakan pada mereka yang menyaksikan bahwa dia tidak berurusan dengan mereka dan mereka bebas pergi.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengutuk pembunuhan dubes Rusia untuk Turki. AS mengatakan, pihaknya siap membantu Rusia dan Turki untuk menginvestigasi serangan tersebut.
"AS mengutuk pembunuhan yang terjadi hari ini di Ankara terhadap dubes Rusia Andrei Karlov. Kami siap menawarkan bantuan kepada Rusia dan Turki untuk menginvestigasi alasan di balik serangan ini, yang juga merupakan pelanggaran terhadap hak seluruh diplomat dan keamanan yang mewakili negara mereka di seluruh dunia," demikian pernyataan Kerry.
Tambahan informasi saja, Rusia dan Turki terlibat dalam konflik Suriah di perbatasan di mana lebih dari 2 juta pengungsi Suriah berada. Turki melawan Presiden Bashar al-Assad, sementara Rusia mengerahkan pasukan darat dan pasukan udara untuk membantu pimpinan Rusia.