Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Inggris mengalami kontraksi selama dua bulan berturut-turut pada Oktober, menjelang anggaran pertama yang diumumkan oleh pemerintah baru. Data ini menjadi penurunan berturut-turut pertama sejak awal pandemi COVID-19 pada 2020.
Menurut Kantor Statistik Nasional atau Office for National Statistics (ONS), produk domestik bruto (PDB) Inggris turun sebesar 0,1% pada bulan Oktober, sama seperti bulan sebelumnya. Hal ini menandai penurunan beruntun pertama sejak Maret dan April 2020, ketika Inggris menerapkan lockdown pertama akibat COVID-19.
Ekonom yang disurvei Reuters sebelumnya memperkirakan PDB akan tumbuh 0,1% pada bulan Oktober. Namun, kenyataannya sektor jasa stagnan, sementara output di sektor manufaktur dan konstruksi mengalami penurunan.
Baca Juga: Jelang Tutup Tahun, Begini Strategi Emiten Kelapa Sawit (CPO)
Data ini melengkapi serangkaian laporan ekonomi Inggris yang lebih buruk dari ekspektasi, termasuk survei bisnis dan penjualan ritel yang juga melemah. Menteri Keuangan Rachel Reeves berkomentar, “Meskipun angka bulan ini mengecewakan, kami telah menerapkan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang.”
Anggaran yang disampaikan Reeves pada 30 Oktober mencakup kenaikan pajak besar untuk bisnis, tetapi juga meningkatkan investasi dan belanja untuk layanan publik. Dampak langsung dari kebijakan ini diperkirakan akan terlihat pada data PDB bulan November.
ONS melaporkan bukti anekdotal yang "beragam" terkait dampak anggaran ini. Beberapa perusahaan melaporkan penurunan omzet karena pelanggan menunggu pengumuman Reeves, sementara perusahaan lain mempercepat aktivitas mereka.
Reaksi Pasar
Poundsterling melemah sekitar seperempat sen terhadap dolar AS setelah laporan ini dirilis. Sementara itu, investor tetap memperkirakan Bank of England (BoE) akan memangkas suku bunga hingga tiga kali sebesar 0,25% masing-masing pada akhir tahun depan.
Namun, Paul Dales, kepala ekonom Inggris di Capital Economics, mengatakan kecil kemungkinan BoE akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Kamis ini. "Meskipun demikian, kami tidak seoptimis sebelumnya setelah melihat data ini," tambahnya.
Data perdagangan terpisah dari ONS menunjukkan bahwa impor dan ekspor barang mengalami penurunan pada Oktober. Untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, ekspor ke Uni Eropa melampaui ekspor ke seluruh dunia.
Baca Juga: Jelang Tutup Tahun,Astra Life Bukukan Kinerja Positif Total Aset Capai Rp 8,1 Triliun
Hailey Low, ekonom di NIESR, mencatat bahwa ketidakpastian kebijakan global dan penurunan kepercayaan bisnis akibat anggaran baru semakin memperburuk tantangan ekonomi Inggris.
BoE baru-baru ini memangkas proyeksi pertumbuhan tahunan 2024 menjadi 1% dari sebelumnya 1,25%, tetapi memperkirakan pertumbuhan lebih kuat sebesar 1,5% pada 2025, didukung oleh dorongan jangka pendek dari kebijakan anggaran besar yang diumumkan Reeves.
Sejak pandemi, pertumbuhan ekonomi Inggris relatif lambat dibandingkan negara maju lainnya. Hanya Jerman yang mengalami kinerja lebih buruk, terutama akibat lonjakan biaya energi pasca-invasi Rusia ke Ukraina.