Sumber: Bloomberg | Editor: Test Test
TOKYO. Ekspor Jepang di bulan Juni 2010 naik lebih tinggi dari prediksi. Pertumbuhan ekspor yang positif menopang pemulihan ekonomi negara ini, di saat pertumbuhan ekonomi global mulai melemah dan mata uang yen terus menguat.
Kementerian Keuangan Jepang, Senin (26/7), melaporkan, ekspor Negeri Sakura di Juni melonjak 27,7% dari periode yang sama tahun 2009 lalu. Sementara estimasi median dari 19 ekonom yang disurvei Bloomberg, hanya memperkirakan pertumbuhan ekspor sebesar 23,5%.
Selain ekspor, impor Jepang di Juni juga menanjak 26,1%. Pertumbuhan yang tinggi di sisi ekspor juga mengangkat surplus perdagangan meningkat 41,1% menjadi ¥ 687 miliar atau US$ 7,8 miliar.
Kenaikan ekspor di Juni merupakan yang ketujuh bulan berturut-turut. Toh, angka pertumbuhannya menjadi yang terendah sepanjang tahun ini. Menurut ekonom, penyebab melambatnya pertumbuhan ekspor karena turunnya permintaan dari Eropa dan China.
Menteri Perdagangan Jepang Masayuki Naoshima juga mewanti-wanti soal apreasiasi yen yang terlalu besar. "Penguatan yen yang berlebihan bakal merugikan ekonomi," jelas dia, kemarin.
"Ekspor memang masih tumbuh. Tapi, bakal melambat di kuartal III dan IV nanti. Laba eksportir juga berpotensi menurun kalau yen terus menguat," tambah Yoshiki Shinke, ekonom senior Dai-Ichi Life Research.
Dalam tiga bulan terakhir, yen telah menguat 7% atas dollar Amerika Serikat (AS) dan 11 % atas euro. Sebagai contoh, setiap kenaikan 1 yen atas dollar AS, produsen ekspor seperti Toyota Motor Corp akan kehilangan laba operasi ¥ 30 miliar.
Kondisi ini kontras dengan yang terjadi di Korea Selatan (Korsel). Melemahnya won, menolong Samsung Electronics Co dan Hynix Semiconductor Inc membukukan laba di kuartal II 2010. Ekonom menilai, kisaran ideal yen adalah 95-100 per dollar AS.
