Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekuador mengumumkan keadaan darurat di tengah kekacauan di penjara setelah tahanan paling dicari di negara itu menghilang dari lokasi penahanannya, menyebabkan kekhawatiran akan keamanan nasional.
Pengumuman ini terjadi selama 60 hari sejak peristiwa tersebut, dan menjadi ujian besar pertama bagi Presiden Noboa, seorang pengusaha muda yang baru saja menjabat pada bulan November.
Noboa berjanji untuk menangani peningkatan tingkat kekerasan yang telah melanda negara Amerika Selatan tersebut.
Baca Juga: Amerika Serikat Tebar Tudingan Dumping Produk Aluminium Impor Asal Indonesia
"Saya baru saja menandatangani keputusan keadaan darurat sehingga Angkatan Bersenjata mendapat semua dukungan politik dan hukum atas tindakan mereka," ungkap Noboa seperti dilansir Reuters, Selasa (9/1).
"Waktunya sudah habis ketika narapidana penyelundup narkoba, pembunuh bayaran, dan kejahatan terorganisir mendikte pemerintah apa yang harus dilakukan," sambung Noboa.
Badan penjara Ekuador melaporkan adanya "insiden" pada hari Senin di enam penjara yang penuh sesak di negara itu. Bentrokan antar geng yang bersaing sering terjadi di penjara tersebut, dan telah menyebabkan lebih dari 400 tahanan tewas sejak tahun 2021.
Baca Juga: Di Mana Beli Suvenir Piala Dunia U-17? Ini Informasinya
Pada hari sebelumnya, Adolfo Macias, pemimpin geng kriminal Los Choneros, tiba-tiba menghilang dari penjara tempat dia menjalani hukuman 34 tahun. Keadaan darurat ini memobilisasi militer untuk mendukung keamanan di jalan-jalan dan penjara, sambil menetapkan jam malam nasional.
Meskipun pemerintahan sebelumnya juga pernah menggunakan keadaan darurat dalam upaya meningkatkan keamanan, namun langkah-langkah tersebut tidak memberikan hasil signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Presiden Noboa berharap bahwa tindakan keras yang diambil kali ini akan membantu menangani masalah keamanan yang semakin memburuk di Ekuador.