Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federasi Otomotif Internasional (FIA) untuk pertama kalinya menerapkan regulasi “heat hazard” pada ajang Formula One (F1). Aturan ini diaktifkan menjelang Grand Prix Singapura 2025, menyusul prakiraan cuaca ekstrem dengan suhu dan kelembapan tinggi yang dapat menciptakan sensasi panas hingga 50 derajat Celsius di dalam kokpit mobil.
Dalam pernyataannya, FIA menyebut keputusan ini diambil karena indeks panas diperkirakan melebihi 31,0 °C selama balapan. Regulasi tersebut lahir setelah sejumlah pembalap mengalami kelelahan ekstrem pada GP Qatar 2023.
Opsi Pembalap: Rompi Pendingin atau Tambahan Balast
Dengan diberlakukannya aturan ini, para pembalap diperbolehkan menggunakan rompi pendingin (cooling vest) yang mengalirkan cairan dingin melalui pipa-pipa untuk menjaga suhu tubuh. Alternatif lainnya, tim dapat menambah balast ekstra pada mobil untuk menyeimbangkan bobot kendaraan.
Baca Juga: Apple Incar Hak Siar F1 di AS, Saingi Netflix dan Disney
Mulai musim depan, rompi pendingin akan menjadi peralatan wajib di kondisi panas ekstrem.
Tantangan Fisik di Sirkuit Singapura
GP Singapura dikenal sebagai salah satu balapan paling melelahkan di kalender F1 karena digelar pada malam hari dengan kombinasi suhu tinggi dan kelembapan tropis. Hal ini membuat kondisi fisik pembalap lebih berat dibanding balapan di negara lain.
Pebalap Williams, Carlos Sainz, mengakui bahwa kombinasi panas dan lembap di Singapura jauh lebih menantang.
“Kalau hanya panas masih bisa ditahan, kalau hanya lembap juga bisa. Tapi kalau panas 28–30 derajat plus kelembapan tinggi, itu level Singapura — dan itu sangat berat,” ujar Sainz.
Rompi Pendingin Masih Belum Sempurna
Sainz mengungkapkan bahwa rompi pendingin yang digunakan timnya masih dalam tahap pengembangan. Saat ini, daya tahan rompi tersebut baru bisa digunakan selama sekitar satu jam, sedangkan balapan di Singapura bisa berlangsung hingga dua jam.
Meski begitu, pembalap asal Spanyol itu menegaskan dirinya siap menghadapi kondisi ekstrem tanpa perangkat tambahan.
Baca Juga: Akuisisi MotoGP oleh Pemilik Formula 1 Disetujui Uni Eropa Tanpa Syarat
“Kalau rompi rusak atau tidak berfungsi, saya tetap akan balapan seperti biasa. Tapi kalau berfungsi, tentu lebih baik karena penderitaannya sedikit berkurang,” kata juara GP Singapura 2023 itu.
Strategi Mengatasi Panas: Dari Ice Bath hingga Rahasia Pribadi
Sainz mengaku sudah lama menjadi pengguna awal metode ice bath (berendam dalam air es) sebelum balapan panas untuk menurunkan suhu tubuh. Kini, hampir semua pembalap F1 mengikuti metode tersebut.
“Kami sudah mulai melakukannya mungkin 8–10 tahun lalu. Dulu hanya sebagian pembalap, sekarang hampir semua melakukannya,” jelasnya.
Namun, Sainz menyimpan beberapa cara pribadi lainnya untuk mengurangi dampak panas.
“Ada beberapa hal lain yang saya lakukan, tapi itu saya simpan sendiri. Kalau saya bagikan, nanti semua orang ikut-ikutan, seperti ice bath, dan saya kehilangan keuntungan performa,” ucapnya sambil tertawa.