Sumber: Channel News Asia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Filipina dan Australia mengumumkan rencana untuk melakukan aktivitas maritim gabungan bersama Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina.
Kegiatan ini berlangsung di wilayah yang merupakan salah satu situs paling sensitif di Asia, yakni Laut China Selatan, yang sering menjadi pusat ketegangan geopolitik.
Komitmen untuk Stabilitas Indo-Pasifik
Menurut pernyataan resmi dari Departemen Pertahanan Australia, aktivitas ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama dan interoperabilitas antara angkatan bersenjata negara-negara peserta. Departemen ini menegaskan bahwa kegiatan maritim kooperatif ini menunjukkan komitmen kolektif untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan makmur.
Dalam kegiatan tersebut, kapal perang HMAS Sydney dan pesawat patroli maritim Royal Australian Air Force P-8A Poseidon akan bekerja sama dengan angkatan bersenjata dari Jepang, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Filipina untuk memperkuat kerjasama dan interoperabilitas di antara angkatan militer negara-negara ini.
Baca Juga: Kapal Selam Nuklir Terbaru China Tenggelam di Dermaga
Ketegangan di Laut China Selatan: Latar Belakang dan Sengketa
Aktivitas gabungan ini terjadi setelah serangkaian pertemuan udara dan laut antara Filipina dan China di wilayah Laut China Selatan, termasuk di sekitar Scarborough Shoal, salah satu fitur yang paling diperebutkan di Asia. Selama lebih dari satu dekade, Scarborough Shoal telah diduduki oleh penjaga pantai China, meskipun wilayah tersebut juga diklaim oleh Filipina.
Ketegangan antara China dan Filipina di Laut China Selatan telah berlangsung lama, di mana China mengklaim hampir seluruh perairan tersebut, yang secara langsung bertentangan dengan klaim maritim dari negara-negara tetangga seperti Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Wilayah ini memiliki kepentingan strategis yang sangat tinggi karena mengandung cadangan sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak dan gas, serta menjadi jalur perdagangan utama dunia.
Latihan Gabungan: Tanggapan terhadap Ketegangan Wilayah
Latihan maritim gabungan ini juga merupakan bagian dari tanggapan terhadap meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan, di mana Filipina dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat dan Australia, telah mencari cara untuk menghadapi agresi maritim China.
Baca Juga: Taiwan Bunyikan Alarm Kencang Terait Ancaman Militer Baru dari China
Pada saat yang sama, latihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan militer dalam menjaga kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
Pada hari Rabu sebelumnya, kapal angkatan laut dari Selandia Baru dan Australia juga telah berlayar melalui Selat Taiwan, bagian dari Laut China Selatan, sebagai bentuk komitmen kedua negara terhadap stabilitas Indo-Pasifik.
Australia secara konsisten menekan China mengenai perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan dan Selat Taiwan, sebagaimana ditegaskan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, dalam pidatonya di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
China dan Klaim Teritorial di Laut China Selatan
China mengklaim bahwa mereka memiliki kedaulatan dan yurisdiksi eksklusif atas Selat Taiwan, sementara Amerika Serikat dan Taiwan berpendapat bahwa selat tersebut merupakan jalur air internasional.
Selat Taiwan adalah jalur perdagangan utama di mana sekitar separuh dari total kapal kontainer dunia melintasinya. Karena itu, setiap ketegangan di wilayah ini memiliki dampak yang luas terhadap perdagangan global dan stabilitas keamanan kawasan.
Meskipun demikian, upaya untuk menjaga stabilitas di Laut China Selatan dan Selat Taiwan terus dilakukan oleh berbagai negara. Australia, Jepang, Selandia Baru, Filipina, dan Amerika Serikat kini bersatu untuk meningkatkan keamanan maritim dan memastikan bahwa perairan ini tetap terbuka dan dapat diakses oleh semua negara.
Baca Juga: China Luncurkan Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua (ICBM), Begini Respons AS
Implikasi Strategis Aktivitas Maritim Gabungan
Aktivitas maritim gabungan ini memiliki implikasi strategis yang mendalam bagi kawasan Indo-Pasifik, khususnya dalam konteks menghadapi dominasi China di Laut China Selatan.
Dengan melibatkan beberapa negara sekutu utama, Filipina tidak hanya memperkuat posisinya dalam sengketa wilayah, tetapi juga mengirim pesan yang jelas kepada China bahwa negara-negara ini siap untuk bekerja sama dalam menjaga kebebasan navigasi dan mencegah dominasi satu pihak di perairan internasional.
Kerja sama ini juga merupakan bentuk penguatan aliansi di Indo-Pasifik, yang semakin krusial di tengah meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan China. Jepang, Selandia Baru, dan Australia terus memperkuat peran mereka di kawasan ini, terutama dalam menjaga kebebasan maritim dan menentang segala bentuk agresi regional.