kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,55   2,12   0.24%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gelombang PHK Massal Belum Usai, UPS Bakal Pangkas 12.000 Pekerja


Rabu, 31 Januari 2024 / 06:26 WIB
Gelombang PHK Massal Belum Usai, UPS Bakal Pangkas 12.000 Pekerja
ILUSTRASI. United Parcel Service berencana memangkas 12.000 pekerjanya. REUTERS/Charles Platiau


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - United Parcel Service berencana memangkas 12.000 pekerja dan menjajaki opsi strategis untuk Coyote, perusahaan penyedia layanan truk.

Mengutip Reuters, langkah ini diambil setelah perusahaan pengiriman paket terbesar di dunia itu memperkirakan pendapatan setahun penuh berada di bawah target Wall Street.

Saham UPS yang berbasis di Atlanta anjlok 8% menjadi $145,32 di Bursa Efek New York di tengah lemahnya permintaan dari pelanggan ritel, manufaktur, dan teknologi tinggi.

CEO UPS Carol Tome mengatakan pada panggilan konferensi dengan para analis, perusahaan berencana untuk memangkas biaya sebesar US$ 1 miliar karena tahun ini sulit dan mengecewakan. UPS mencatatkan penurunan pada volume, pendapatan dan laba operasional di semua segmen bisnisnya.

Tome juga mengatakan, UPS berharap menemukan cara baru untuk menawarkan layanan dengan "margin sangat rendah" yang disediakan Coyote tanpa biaya tambahan. 

"Pendapatan Coyote mencapai US$ 4 miliar pada puncak lonjakan pengiriman akibat pandemi COVID-19, namun pendapatannya terus menurun sejak saat itu," katanya.

UPS memperkirakan kondisi bisnis tidak akan membaik hingga paruh kedua tahun 2024. Pada Selasa (30/1/2024), UPS memperkirakan pendapatan setahun penuh berkisar US$ 92 miliar hingga US$ 94,5 miliar, di bawah target rata-rata analis sebesar US$ 95,57 miliar.

Baca Juga: Warren Buffett Beri Petuah ke CEO Citigroup soal PHK, Apakah Itu?

UPS, FedEx, dan perusahaan pengiriman lainnya berkembang pesat pada masa-masa awal pandemi, ketika konsumen yang tinggal di rumah membeli segala sesuatu secara online, mulai dari furnitur, peralatan olahraga, celana olahraga hingga televisi.

Tren tersebut berbalik ketika perjalanan, konser, dan makan di dalam ruangan kembali dilanjutkan. Dan penurunan tersebut diperburuk oleh tekanan inflasi yang menghambat pembelian di beberapa e-commerce.

Baik UPS maupun FedEx terpaksa memangkas perkiraan di tengah lingkungan bisnis yang masih penuh ketidakpastian.

UPS memperkirakan rata-rata volume hariannya akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, namun pertumbuhannya akan terhambat.

Baca Juga: Karyawan Citigroup Bersiap-siap Menghadapi PHK dan Perombakan Manajemen

“Pasar paket kecil di AS, tidak termasuk Amazon, diperkirakan akan tumbuh kurang dari 1%,” kata Tome. 

Amazon menyumbang 11,8% pendapatan UPS tahun lalu.

Pada kuartal keempat, UPS melaporkan penurunan pendapatan sebesar 6,9% dari segmen internasional berbasis udara karena pelemahan yang signifikan di Eropa dan penurunan sebesar 7,3% pada bisnis berbasis truk di AS.

Perusahaan melaporkan pendapatan kuartalan sebesar US$ 24,9 miliar, turun 7,8% dari tahun sebelumnya dan di bawah target analis sebesar US$ 25,43 miliar.

Laba yang disesuaikan turun 31,8% menjadi US$ 2,47 per saham.




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×