kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Goldman Sachs tak mencemaskan China


Senin, 07 September 2015 / 20:35 WIB
Goldman Sachs tak mencemaskan China


Sumber: money.cnn | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BEIJING. Saat ini, dunia tengah mencemaskan mengenai perekonomian China. Namun tidak demikian halnya dengan Mark Schwartz, analis Goldman Sachs yang berbasis di Beijing.

Schwartz mengakui, saat ini pasar saham China sudah anjlok 40% sejak Juni. Dan, ya, China mengalami tekanan besar pada perekonomian mereka. "Ada yang tidak beres di sejumlah hal pada musim panas ini," jelasnya.

Namun dia juga menilai, masih belum ada tanda-tanda akan terjadinya skenario terburuk pada perekonomian China.

"Saya rasa reaksi pasar secara global sudah selesai. China akan melalui transisi normal, dari negara yang dikontrol pemerintah, negara yang didominasi oleh sistem, menjadi negara dengan orientasi pasar," papar Schwartz.

Sejumlah analis sudah menebak dari beberapa waktu lalu bahwa pertumbuhan China akan melambat. Dan hal itulah yang terjadi saat ini.

Target pertumbuhan yang dipatok Beijing tahun ini hanya 7%. Level ini jauh dibanding pertumbuhan tahunan China sebesar 10% sebelumnya. Meski demikian, level 7% dinilai masih cukup kuat dalam menciptakan lapangan kerja baru sehingga angka pengangguran masih bisa ditekan.

Schwartz menjelaskan, dunia global harus bersabar. Dia memprediksi, reformasi yang dilakukan Beijing akan memakan waktu setidaknya satu dekade atau bahkan 20 tahun.

"Saya rasa China berkomitmen untuk melakukan reformasi selama pertumbuhan ekonomi mereka tidak jatuh ke bawah 5% atau 6%. Dan saya rasa, China berkomitmen untuk melakukan reformasi selama ekonomi mereka mampu menciptakan lapangan kerja untuk 8 juta hingga 12 juta angkatan kerja baru tiap tahunnya," urainya.

Sebelumnya, People's Bank of China sudah memangkas suku bunga acuan dan menurunkan nilai Giro Wajib Minimum perbankan untuk menyokong pertumbuhan. Bank sentral juga memangkas nilai (devaluasi) yuan, terbesar dalam satu dekatu, untuk menyokong tingkat ekspor.

Menurut Schwartz, Beijing memiliki kemampuan untuk menggelontorkan lebih banyak stimulus jika memang dibutuhkan.

"Saya yakin China masih memiliki sejumlah senjata, fleksibilitas finansial, dan kebijakan ampuh yang bisa dikeluarkan. Saya masih yakin China memiliki banyak opsi untuk menstabilkan kembali ekonomi mereka," jelasnya.

Disamping lemahnya data manufaktur dan ekspor dalam beberapa minggu terakhir, Goldman memprediksi perekonomian China akan tumbuh 6,8% pada 2015.  

"Saya rasa tidak akan terjadi hard landing scenario pada ekonomi China," imbuhnya.




TERBARU

[X]
×