Reporter: Ferrika Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana ByteDance, induk TikTok untuk menggelar penawaran saham umum perdana alias initial public offering (IPO) di luar negeri harus tertunda. Sebab, perusahaan memilih untuk membatalkan rencana tersebut setelah pemerintah China meminta perusahaan untuk fokus pada risiko keamanan data.
Padahal, raksasa teknologi yang berbasis di Beijing telah mempertimbangkan untuk menggelar IPO di Amerika Serikat (AS) atau Hong Kong.
Pendiri ByteDance Zhang Yiming memutuskan untuk menunda IPO sampai batas waktu yang belum ditentukan.
Selain untuk mengatasi masalah keamanan data, perusahaan yang sebelumnya juga tidak memiliki chief financial officer (CFO). Oleh karena itu, ByteDance kemudian mempekerjakan Shou Zi Chew, mantan eksekutif di perusahaan smartphone China, Xiaomi, ini sebagai CFO pada Maret lalu yang memicu spekulasi tentang potensi IPO.
Baca Juga: China perketat aturan bagi perusahaan teknologi yang ingin IPO di luar negeri
“Kami tidak mengomentari rumor atau spekulasi dan kami tidak memiliki rencana untuk go public,” kata juru bicara ByteDance dikutip dari CNBC, Rabu (14/7).
Berita itu muncul setelah regulator China meninjau kebijakan keamanan siber pada layanan transportasi online, Didi, yang terdaftar di Bursa Efek New York pada bulan lalu.
Beijing telah memperketat pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan China yang melantai di AS akhir-akhir ini.