kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga kian terpuruk, AirAsia pilih delisting


Kamis, 08 Oktober 2015 / 10:05 WIB
Harga kian terpuruk, AirAsia pilih delisting


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yudho Winarto

KUALA LUMPUR. Kabar mengejutkan datang dari maskapai penerbangan asal Malaysia, AirAsia Bhd. Perusahaan jasa penerbangan murah (budget airlines) terbesar di Asia itu, dikabarkan akan delisting dari bursa saham Malaysia atau Kuala Lumpur Stock Exchange (KLCE) dan menjadi perusahaan tertutup (private).

Seorang sumber Reuters yang mengetahui rencana ini, Rabu (7/10) menceritakan, pendiri AirAsia, Tony Fernandes sedang bernegosiasi dengan sejumlah bank untuk mendanai program pembelian saham publik. Aksi ini akan dilaksanakan dalam beberapa bulan ke depan.

Pembelian saham publik tersebut merupakan cara untuk memuluskan rencana go private maskapai yang bermarkas di Kuala Lumpur ini.

Sumber Reuters menambahkan, rencana delisting muncul setelah laporan dari sekuritas asal Hongkong, GMT Research pada Juni 2015 lalu yang mempertanyakan praktik akuntansi di AirAsia. GMT menuding, AirAsia memanfaatkan transaksi dengan perusahaan afiliasinya untuk memanipulasi pendapatan perusahaan.

Sejurus kemudian, tudingan GMT tersebut lantas meluluhlantakkan harga saham AirAsia. Investor yang ketakutan berbondong-bondong menjual saham perusahaan pemilik slogan "now everyone can fly" itu. Adapun harga saham AirAsia kini telah terjungkal ke posisi RM 1,2 per saham, alias anjlok sekitar 60% sejak tudingan GMT menjadi bahasan publik. Harga ini sekaligus menjadi yang terendah sejak krisis ekonomi 2008.

Kepada Reuters, Jurubicara AirAsia enggan mengklarifikasi kabar rencana delisting tersebut.

Lindung nilai

Sumber Reuters menambahkan, AirAsia memiliki masalah rumit. Pendapatan AirAsia berupa ringgit, yang sejak awal tahun sudah tergerus 20% terhadap dollar AS. Di sisi lain, biaya dan utang perusahaan ini berbasis dollar. "Siapa pun investornya, harus berpikir tentang lindung nilai yang sudah dilakukan perusahaan," tutur sumber Reuters. Total utang AirAsia per Juni 2015 mencapai US$ 2,4 miliar.

Sampai saat ini, Fernandes dan mitra bisnisnya, Kamarudin Meranun mengempit 19% saham AirAsia. Fernandes berharap, perbaikan bisnis AirAsia segera terwujud didukung penurunan harga bahan bakar. Maskapai lain bahkan memangkas jumlah rute.

Ahamad Maghfurm, analis RHB memberikan sejumlah catatan. "Meskipun memiliki net gearing tinggi, AirAsia memiliki armada yang besar dan proteksi lindung nilai utang pada level yang aman," imbuh Ahamad.         



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×