Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - LONDON/KYIV – Sejumlah pemimpin Eropa akan mendampingi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Washington, Senin (18/8). Langkah ini diambil untuk memperkuat posisi Zelenskyy, di tengah tekanan Trump agar Ukraina menerima kesepakatan damai cepat guna mengakhiri perang paling mematikan di Eropa sejak 80 tahun terakhir.
Trump semakin mendorong kesepakatan damai setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska. Pertemuan tersebut membuat Trump terlihat lebih sejalan dengan Moskow, dengan mengutamakan perundingan damai ketimbang penghentian tembak-menembak terlebih dahulu.
Dalam wawancara dengan CBS "Face the Nation", Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan, “Jika perdamaian tidak tercapai dan perang ini terus berlanjut, ribuan orang akan terus tewas. Kita mungkin akan sampai ke titik itu, tapi kita tentu tidak menginginkannya.”
Baca Juga: Desak Rusia Akhiri Perang, Zelenskyy Siap Berunding Dibeking Amerika
Trump melalui unggahan media sosialnya menjanjikan adanya “kemajuan besar dengan Rusia,” meski tanpa rincian. Sumber yang mengetahui pembicaraan Moskow menyebut, ada usulan agar Rusia menyerahkan sebagian kecil wilayah pendudukan dengan imbalan Kyiv harus merelakan wilayah luas di timur yang sudah diperkuat, serta membekukan garis depan di tempat lain.
Sejumlah pejabat Trump juga mengisyaratkan bahwa masa depan kawasan Donbas — yang meliputi Donetsk dan Luhansk dan sebagian besar sudah dikuasai Rusia — kini dipertaruhkan. Selain itu, ada wacana perjanjian pertahanan sebagai bagian dari kesepakatan.
“Kami berhasil mendapatkan konsesi bahwa Amerika Serikat bisa menawarkan perlindungan mirip Pasal 5 NATO,” ujar utusan Trump, Steve Witkoff, kepada CNN. “Untuk pertama kalinya kami mendengar Rusia setuju pada hal itu.”
Tonton: Aksi Memukau Pesawat Tempur TNI AU di HUT Kemerdekaan RI ke 80, Istana Merdeka Jakarta
Pasal 5 NATO menegaskan prinsip pertahanan kolektif: serangan terhadap satu anggota dianggap serangan terhadap semua. Namun, janji itu belum tentu cukup bagi Kyiv, mengingat pengalaman sebelumnya saat jaminan perbatasan Ukraina pada 1994 gagal mencegah aneksasi Krimea oleh Rusia pada 2014, hingga invasi penuh pada 2022. Konflik telah berlangsung lebih dari 3,5 tahun dan menyebabkan lebih dari satu juta korban tewas maupun luka.
Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggelar pertemuan dengan para sekutu, Minggu (17/8), untuk memperkuat posisi Zelenskyy, sekaligus menegosiasikan jaminan keamanan yang melibatkan peran AS. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Presiden Finlandia Alexander Stubb, dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni juga akan ikut serta.
Dalam konferensi pers bersama von der Leyen di Brussels, Zelenskyy menegaskan, “Penting agar Washington bersama kita. Garis depan saat ini harus menjadi dasar perundingan damai. Putin tidak ingin menghentikan pembunuhan, tetapi dia harus melakukannya.”
Von der Leyen menegaskan garis merah: jaminan keamanan yang kuat, tanpa batasan bagi angkatan bersenjata Ukraina, dan kursi di meja perundingan bersama Trump dan Putin. “Ukraina harus menjadi landak baja, tidak bisa ditelan oleh para penjajah,” ujarnya.
Rubio menambahkan, baik Rusia maupun Ukraina perlu membuat konsesi, dan jika tidak ada kesepakatan, konsekuensi tambahan bagi Rusia harus disiapkan.
Di sisi lain, Putin dilaporkan telah memberi penjelasan kepada Presiden Belarusia Alexander Lukashenko serta berbicara dengan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev mengenai hasil pertemuannya dengan Trump di Alaska.
Trump menegaskan, “Rusia adalah kekuatan yang sangat besar, dan Ukraina bukan.” Ia bahkan menekan Zelenskyy lewat telepon setelah pertemuan Alaska, menyampaikan bahwa Putin menawarkan untuk membekukan sebagian besar garis depan jika Kyiv mau menyerahkan seluruh wilayah Donetsk. Namun, Zelenskyy menolak.
Rusia saat ini sudah menguasai sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk hampir tiga perempat provinsi Donetsk yang pertama kali mereka masuki pada 2014.
Trump juga sepakat dengan Putin bahwa kesepakatan damai harus ditempuh tanpa menunggu gencatan senjata, berbalik dari pernyataannya sebelum pertemuan Alaska ketika ia menegaskan gencatan senjata sebagai syarat utama.