kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Ambles US$ 2 Per Barel, Ditutup di Posisi Terendah dalam 9 Bulan


Selasa, 27 September 2022 / 05:43 WIB
Harga Minyak Ambles US$ 2 Per Barel, Ditutup di Posisi Terendah dalam 9 Bulan
ILUSTRASI. Harga minyak mentah kembali anjlok setelah ditutup ambles US$ 2 per barel pada awal pekan ini


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah turun US$ 2 per barel pada perdagangan awal pekan ini. Harga minyak acuan pun menetap di posisi terendah dalam sembilan bulan dalam perdagangan berombak, yang  tertekan oleh penguatan dolar Amerika Serikat (AS).

Senin (26/9), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2022 ditutup ambles US$ 2,09 atau 2,4% ke US$ 84,06 per barel, jatuh di bawah level yang dicapai pada 14 Januari.

Sejalan, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2022 juga anjlok US$ 2,06 atau 2,3% ke US$ 76,71 per barel, terendah sejak 6 Januari.

Kedua kontrak minyak mentah ini telah naik di awal sesi setelah merosot sekitar 5% pada hari Jumat (23/9).

Tekanan bagi harga minyak datang setelah indeks dolar mencapai level tertinggi dalam dua dekade, yang menekan permintaan minyak yang diperdagangkan dalam dolar AS. Data Refinitiv Eikon menunjukkan, dampak dolar AS yang kuat pada harga minyak paling menonjol dalam lebih dari setahun.

"Sulit bagi siapa pun untuk mengharapkan minyak akan pulih setelah the greenback semahal ini," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures di Mizuho.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Anjlok 4%, Fokus Kekhawatiran Resesi

Gangguan dari perang Rusia-Ukraina juga menghantam pasar minyak, dengan sanksi Uni Eropa yang melarang minyak mentah Rusia akan dimulai pada bulan Desember bersama dengan rencana oleh negara-negara G7 untuk pembatasan harga minyak Rusia yang tampaknya akan memperketat pasokan.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga yang dilakukan bank sentral di banyak negara konsumen minyak telah menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi yang dapat menekan permintaan minyak.

"Dengan semakin banyak bank sentral dipaksa untuk mengambil langkah-langkah luar biasa tidak peduli biaya ekonomi, permintaan akan terpukul yang dapat membantu menyeimbangkan kembali pasar minyak," kata Craig Erlam, Senior Market Analyst Oanda di London.

Kini, perhatian beralih ke apa yang akan dilakukan OPEC+ ketika bertemu pada 5 Oktober, setelah sepakat pada pertemuan sebelumnya untuk memangkas produksi secara moderat.

Namun, produksi OPEC+ jauh di bawah output yang ditargetkan, yang berarti bahwa pemotongan lebih lanjut mungkin tidak berdampak banyak pada pasokan.

"Kemungkinan akan muncul cukup tinggi untuk penyesuaian produksi yang menurun oleh organisasi OPEC +," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Data pekan lalu menunjukkan, OPEC+ meleset dari targetnya sebesar 3,58 juta barel per hari pada Agustus, penurunan yang lebih besar daripada Juli.




TERBARU

[X]
×