Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah Brent ditutup sedikit menguat dalam sesi singkat pada awal pekan ini. Sentimen utama datang dari kekhawatiran pasokan yang masih ada akibat ketegangan di Timur Tengah yang diimbangi oleh tanda-tanda melemahnya permintaan.
Senin (19/2), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman April 2024 ditutup naik 9 sen menjadi US$ 83,56 per barel.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Maret 2024 tidak memiliki data penutupan karena pasar Amerika Serikat (AS) sedang libur.
Pasar minyak mengalami volume yang lebih tipis dari biasanya karena libur Hari Presiden di AS, kata analis UBS Giovanni Staunovo. Kontrak berjangka Brent juga diselesaikan lebih awal dari biasanya karena hari libur ini.
Baik Brent maupun WTI berjangka, pada pekan lalu masing-masing naik sekitar 1,5% dan 3%, mencerminkan meningkatnya risiko meluasnya konflik Timur Tengah.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Senin (19/2), Brent ke US$82,86 dan WTI ke US$78,78
Konflik di Timur Tengah berlanjut selama akhir pekan ketika serangan Israel membuat rumah sakit terbesar kedua di Jalur Gaza tidak dapat beroperasi.
Pada hari Sabtu, pejuang Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap kapal tanker minyak tujuan India.
AS telah mengusulkan kepada Dewan Keamanan PBB untuk menentang serangan Israel di Rafah dan mendukung gencatan senjata sementara di Gaza, menurut rancangan teks yang dilihat oleh Reuters.
Pembatas kenaikan harga minyak adalah melambatnya perkiraan permintaan dari International Energy Agenc (IEA) dan kenaikan harga produsen AS yang lebih besar dari perkiraan pada bulan Januari, sehingga memperkuat kekhawatiran inflasi dan mengangkat dolar AS.
Indeks dolar AS, yang melacak mata uang tersebut terhadap enam mata uang utama lainnya, telah menguat selama lima minggu berturut-turut dan sedikit lebih tinggi pada hari Senin. Penguatan the greenback membuat minyak dalam mata uang dolar kurang menarik bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
“Harga minyak cukup berfluktuasi dalam beberapa pekan terakhir, sebagian karena penguatan dolar AS,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index.
“Dampak dolar AS telah mengimbangi langkah-langkah pendukung seperti situasi Timur Tengah, intervensi OPEC yang sedang berlangsung, dan harapan kondisi ekonomi di China akan membaik pada kuartal mendatang,” kata Razaqzada.
Baca Juga: Harga CPO Naik 1%, Pertanda Pembalikan Arah?
Kegelisahan permintaan semakin besar pada hari Jumat ketika pembuat kebijakan Federal Reserve AS mengisyaratkan perlunya “kesabaran” terhadap ekspektasi penurunan suku bunga.
Pasar juga menunggu indikasi arah permintaan dari China setelah kembalinya Tiongkok dari liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu.