Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Harga minyak mentah tergelincir di awal perdagangan Asia pada awal pekan ini setelah survei pada hari Jumat menunjukkan melemahnya permintaan konsumen Amerika Serikat (AS) dan ketika para investor menunggu rilis data ekonomi utama dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia.
Senin (17/6) pukul 07.45 WIB, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2024 turun 15 sen atau 0,18% ke US$ 82,47 per barel.
Sejalan, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juli 024 melemah 16 sen atau 0,2% menjadi US$ 78,29 per barel.
Harga minyak melemah setelah survei menunjukkan sentimen konsumen AS turun ke level terendah dalam tujuh bulan pada bulan Juni 2024, karena rumah tangga khawatir terhadap keuangan pribadi dan inflasi.
Baca Juga: Harga Minyak Menguat Sepekan Setelah Turun 3 Minggu Berturut-turut
Namun, kedua kontrak acuan tersebut masih naik hampir 4% pada pekan lalu. Itu jadi kenaikan persentase mingguan tertinggi sejak bulan April, di tengah tanda-tanda permintaan bahan bakar yang lebih kuat.
Data ekonomi dari China pada hari Senin akan menentukan arah pasar komoditas minggu ini, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Produksi kilang China akan memberikan indikator permintaan minyak, sementara penjualan ritel, investasi bisnis, produksi industri, dan angka harga rumah akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai aktivitas ekonomi negara importir minyak mentah terbesar di dunia tersebut.
Data produsen dan konsumen pekan lalu menunjukkan bahwa China masih bergulat dengan deflasi.
Pasar di pusat perdagangan minyak utama Singapura dan negara-negara lain di kawasan ini ditutup untuk hari libur umum pada hari Senin