Sumber: Reuters | Editor: Syamsul Azhar
KONTAN.CO.ID - LONDON – Harga minyak mentah dunia mengalami sedikit penurunan pada Kamis (16/1), setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan.
Penurunan harga minyak ini terjadi di tengah sanksi terbaru Presiden AS Joe Biden terhadap Rusia dan penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.
Kontrak minyak mentah berjangka jenis Brent turun 68 sen, atau 0,8%, menjadi US$ 81,35 per barel pada pukul 1300 GMT. Sebelumnya, Brent naik 2,6% pada sesi sebelumnya, mencapai level tertinggi sejak 26 Juli tahun lalu.
Baca Juga: Harga Minyak Berpotensi Melampaui US$ 85 Per Barel, Terdorong Sanksi AS ke Rusia
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 69 sen, atau 0,9%, menjadi US$ 79,35 per barel, setelah melonjak 3,3% pada Rabu, mencapai level tertinggi sejak 19 Juli.
Pada Rabu, pemerintahan Biden mengumumkan ratusan sanksi baru yang menargetkan basis industri militer Rusia dan skema penghindaran sanksi. Langkah ini membuat pelanggan utama Rusia mencari pasokan minyak alternatif di pasar global, sementara tarif pengiriman melonjak.
Sementara itu, analis mencatat bahwa kelompok produsen minyak OPEC+ kemungkinan tetap berhati-hati terhadap kenaikan produksi meskipun harga minyak naik signifikan. "OPEC+ cenderung tetap berhati-hati sebelum memulai proses pelonggaran pemotongan produksi," kata Rory Johnston, pendiri Commodity Context.
Penurunan Stok AS
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS turun 2 juta barel minggu lalu, lebih besar dari penurunan 992.000 barel yang diperkirakan dalam survei Reuters. Penurunan ini merupakan level terendah sejak April 2022, didorong oleh peningkatan ekspor dan penurunan impor.
Penurunan stok ini menambah kekhawatiran tentang ketatnya pasokan global, meskipun terdapat faktor yang membatasi kenaikan harga, seperti kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk menghentikan pertempuran di Gaza.
Baca Juga: Goldman Sachs: Harga Minyak Bisa Sentuh US$ 85 Per Barel, Imbas Sanksi AS ke Rusia
Sementara permintaan minyak global naik 1,2 juta barel per hari (bpd) dalam dua minggu pertama 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
JPMorgan memperkirakan permintaan akan tumbuh 1,4 juta bpd dalam beberapa minggu mendatang, didorong oleh aktivitas perjalanan di India selama festival besar dan perayaan Tahun Baru Imlek di China pada akhir Januari.
Sebagian investor juga memantau potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS di 2025, setelah data menunjukkan pelonggaran inflasi inti AS. Langkah ini dapat mendukung aktivitas ekonomi dan konsumsi energi.
Tonton: Harga Minyak Ditutup Naik 2% ke Level Tertinggi Dalam 4 Bulan Terdorong Sanksi AS kepada Rusia