kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak WTI dan Brent Kompak Melonjak 6% di Pekan Ini


Sabtu, 24 Desember 2022 / 13:05 WIB
Harga Minyak WTI dan Brent Kompak Melonjak 6% di Pekan Ini


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah ditutup melonjak sekitar US$ 3 per barel di akhir pekan. Ini membuat minyak mentah acuan naik untuk dua minggu berturut-turut.

Keperkasaan minyak datang setelah Moskow mengatakan dapat memangkas produksi minyak mentah sebagai tanggapan atas pembatasan harga G7 pada ekspor Rusia.

Jumat (23/12), harga minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2023 ditutup di level US$ 83,92 per barel, naik US$ 2,94 atau 3,6%.

Sejalan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Februari 2023 ditutup melonjak US$ 2,07 atau 2,7% ke US$ 79,56 per barel.

Kedua harga minyak mentah tolok ukur ini mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober 2022. Di mana, brent naik 6,17% dan WTI melonjak 6,8% sepanjang pekan ini.

Suntikan tenaga bagi minyak datang setelah Rusia dapat memangkas produksi minyak sebesar 5% hingga 7% pada awal 2023 karena menanggapi pembatasan harga, kata kantor berita RIA mengutip Wakil Perdana Menteri Alexander Novak mengatakan pada hari Jumat.

Baca Juga: Harga Minyak Naik Karena Potensi Pemangkasan Produksi Rusia Akibat Batasan Harga

Ekspor minyak Baltik Rusia bisa turun 20% pada Desember dari bulan sebelumnya setelah Uni Eropa dan negara-negara G7 memberlakukan sanksi dan batasan harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember, menurut perhitungan pedagang dan Reuters.

"Potensi pemotongan dari Rusia bisa memberi bahan bakar lebih banyak," kata Eli Tesfaye, Senior Market Strategist RJO Futures. "Jika permintaan global berlanjut pada kecepatan saat ini, pemotongan itu dapat berdampak signifikan dan kita mungkin tetap berada di kisaran US$ 80-an."

Baik permintaan dan produksi minyak mentah dapat merosot selama beberapa hari ke depan karena penutupan dari badai musim dingin besar-besaran yang melanda sebagian besar Amerika Serikat. Beberapa kilang terbesar AS ditutup karena cuaca yang sangat dingin sementara produksi ditutup di Texas dan North Dakota.

Bensin RBc1 AS dan diesel berjangka ultra-low-sulfur HOc1, keduanya naik lebih dari 5% karena antisipasi pemotongan produksi penyulingan dan lonjakan permintaan minyak pemanas.

Bank Swiss UBS memperkirakan, harga minyak dapat bergerak kembali di atas US$ 100 per barel di tahun depan karena pengurangan produksi Rusia dan pelonggaran pembatasan terkait COVID di China, kata analis Giovanni Staunovo.

"Jalan untuk harga yang lebih tinggi bagaimanapun akan tetap bergelombang," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×